Rabu, 1 Oktober 2025

Nenek 95 Tahun Rela Lakukan Ini Hingga Bisa Sumbangan Ratusan Juta ke Yayasan Anak Autis

Saat duduk di bangku SMA, sekolah Liang yang berada di Singapura mewajibkan siswanya belajar membuat bunga kertas.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-inlihat foto Nenek 95 Tahun Rela Lakukan Ini Hingga Bisa Sumbangan Ratusan Juta ke Yayasan Anak Autis
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
ilustrasi.Dalam rangka Memperingati Hari Peduli Autisme Sedunia, Sejumlah Anak autis membagikan brosur mengenai autisme ke pengunjung Mall Ratu Indah, Makassar. Selasa (2/4/2013). Di dalam brosur itu tertera cara mengenai seorang anak mengidap autisme, cara penanganannya, serta bagaimana manusia lainnya peduli dengan pengisap autisme. (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR)

TRIBUNWOW.COM - Cerita inspiratif ini membuktikan bahwa berapa pun usia Anda, kesempatan untuk membantu sesama akan selalu ada.

Usia memang bukan batasan untuk berkarya.

Itulah yang ditunjukkan oleh nenek Lian Mee Lun dari Penang, Malaysia.

Melansir dari The Star oleh World of Buzz, nenek usia 95 tahun ini masih aktif membuat bunga kertas.

Memotong dan membentuk kertas-kertas itu menjadi rangkaian bunga adalah hobi Liang.

Di usianya yang sudah lanjut, Liang memang banyak menghabiskan waktu untuk melakukan hobinya.

Tak main-main, berkat buah karyanya, wanita ini bisa menabung hingga ratusan juta rupiah.

Dibantu oleh anak perempuannya, Liang memajang dan menjual bunga-bunga kertas itu kepada masyarakat umum.

Bakat Liang membuat bunga kertas sudah ada sejak usia 15 tahun.

Saat duduk di bangku SMA, sekolah Liang yang berada di Singapura mewajibkan siswanya belajar membuat bunga kertas.

"Saya belajar membuat bunga kertas saat berusia 15 tahun saat belajar di Nanyang Girls High School di Singapura."

"Semua orang harus melakukannya. Itu adalah bagian dari kurikulum tambahan kami," ujar Liang.

Kebetulan, wanita ini menikmati kegiatan seni tersebut.

Kini kelihaian Liang dalam membuat bunga kertas tampaknya sudah tak diragukan lagi.

Hal tersebut terbukti dari bunga-bunganya yang kerap laris terjual.

Mulanya, Liang dan putrinya hanya menjual 10 karangan bunga untuk disumbangkan ke Asosiasi Sumber Daya dan Pendidikan Anak Autis (REACh) di bukit Gelugor.

Lantaran dagangan mereka selalu habis terjual, putri Liang berinisiatif untuk melakukan penjualan via media sosial.

Tanpa terasa Liang telah mengumpulkan uang RM 53000 ata setara dengan Rp 165 juta.

Masih seperti tujuan awal, uang ini diserahkan Liang kepada REACh yang saat itu memang membutuhkan dana.

Menurut sang anak, Liang memang kerap menghabiskan waktu untuk membuat bunga setiap mengunjungi kesebelas anaknya yang berada di Penang, Johor, Malaka, Kuala Lumpur, dan Singapura.

Anaknya juga mengatakan, Liang mulai menjalani hobinya kembali sejak 25 tahun silam semenjak ayah mereka meninggal dunia.

"Dia sibuk membesarkan kita, sehingga tidak punya waktu sama sekali untuk hobi semacam itu. Belakangan, dia menghabiskan beberapa jam sehari untuk membuat bunga kertas. Dia sangat rapi dan menyimpan semua bahan kerajinannya di kotak di bawah meja," ujar anak Liang.

Kepada media, Liang mengaku memerlukan waktu 30 menit untuk membuat setangkai bunga kertas.

Anak-anak Liang pun merasa senang ketika melihat sang ibu membuat bunga.

Bukan sekedar membuat prakarya, Liang melakukan kegiatan ini dengan penuh ketenangan.

"Cukup menenangkan melihatnya membuat bunga," kata anaknya lagi.

Kini, bunga-bunga Liang yang telah banyak dikenal publik seringkali menghiasi berbagai acara-acara resmi seperti pernikahan.

Berkat karya Liang yang sederhana, pusat pendidikan anak Autis di Malaysia dapat melanjutkan misi mereka merawat anak-anak berkebutuhan khusus. (TribunWow.com/Maya Nirmala Tyas Lalita)

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved