Kamis, 2 Oktober 2025

Teroris di Marawi

Seorang Pastor dan 200 Warga Filipina Disandera Militan ISIS di Marawi

"Kami ingin hidup beberapa tahun dan dalam kemurahan hati Anda, Bapak Presiden, dalam hati Anda, kami tahu Anda bisa berbuat sesuatu."

Editor: Johnson Simanjuntak
TIME/Getty Images
Tentara Filipina 

Suganob mengatakan dalam video, bahwa ia ditawan bersama dengan seorang profesor dari Universitas negeri Mindanao, dua wanita karyawan gereja dan tujuh guru.

"Bersama kami ada sekitar 200 tukang kayu, pembantu rumah tangga, anak-anak dan pemuda dan biasa warga Kristen," katanya.

Jumlah sandera sejauh ini tidak bisa dipastikan secara yakin.

Sejauh ini sudah 89 militan ISIS tewas di tangan militer Filipina selama lebih sepekan bertempur di Marawi.

Dengan demikian jumlah korban tewas akibat pertempuran pasukan militer Filipina dengan kelompok militan Maute menjadi 129 orang.

Kata juru bicara militer Restituto Padilla Rabu (31/5/2017), sebanyak 960 warga sipil telah diselamatkan, dan sekitar 1.000 warga masih terjebak di Kota Marawi, Mindanao, Filipina Selatan.

Dia mengatakan pasukannya telah menyisir dan menguasai hampir 90 persen dari kota Marawi, ketika lebih sepakan pertempuran berlangsung.

Padilla juga menyatakan video dari seorang pastor yang disandera yang tersebar mungkin sedang digunakan oleh militan sebagai alat propaganda.

Di tempat berbeda sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menuding pembiayaan dari para gembong narkoba mengalir ke kelompok militan Maute yang menyerbu kota Marawi.

Lebih jauh Duterte mengatakan, para pengedar narkoba yang terdesak oleh operasi pemerintah kemudian bergabung dengan Maute untuk mendapat perlindungan.

"Setelah mereka terdesak oleh perang anti-narkoba pemerintah, mereka kemudian menyebut diri mereka berjihad agar mendapat perlindungan dari kelompok itu," ujar dia.

Dia melanjutkan, perdangan narkoba menjadi akar konflik ini. Sebab, lanjut Duterte, Marawi dikenal sebagai pusat peredaran sabu-sabu dan obat-obatan terlarang lain di Mindanao.

Duterte bahkan mengatakan, kakak beradik Maute yang menjadi pentolan kelompok itu memiliki laboratorium pengolahan sabu di Marawi setelah mempelajari bisnis itu di Manila.

Penggerebekan yang dilakukan aparat keamanan di halaman belakang kediaman ayah kakak beradik Maute itu, lanjut Duterte, luput dari sorotan media.

"Para pengikut Maute yang juga bekerja untuk beberapa politisi, diiming-imingi uang dan senjata api," kata Duterte.

Duterte menegaskan, kakak beradik Maute sebenarnya adalah para pengedar narkoba yang berpura-pura bersekutu dengan ISIS hanya karena keberadaan pimpinan Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon. (TIME/AP)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved