Kamis, 2 Oktober 2025

Hukuman Mati

Suara Tangis Mary Jane Veloso Dalam Rekaman Suara Mohon Pertolongan Presiden Duterte

Terpidana mati asal Filipina itu sedang menantikan waktu eksekusi

Editor: Johnson Simanjuntak
AFP
Superstar tinju Filipina Manny Pacquiao bertemu terpidana mati Mary Jane Veloso (AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, MANILA - “Alam ko po na meroon kayong puso. Isa rin po kayong magulang. Kahit na mahirap ang buhay ng aking pamilya, pero hinding hindi ko po gagawin ang illegal na droga. Kahit po kinulong nila ako. Hindi ko matatanggap ang ibinibintang nila sa akin dahli wala po akong kasalan. Wala po akong kasalanan. Wala po akong kasalanan.“

(Saya tahu Anda memiliki hati yang baik. Anda adalah orang tua juga. Meskipun hidup kelurga saya miskin, memang sulit, tapi saya tidak pernah akan terlibat dalam narkoba. Saya tidak bisa menerima tuduhan ini karena saya tidak bersalah. Saya tidak bersalah. Saya tidak bersalah.)

Ini adalah kata-kata Mary Jane Veloso saat memohon bantuan Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Kamis (1/9/2016) melalui rekaman pesan suara dari keluarganya pada 31 Juli lalu.

Terpidana mati asal Filipina itu sedang menantikan waktu eksekusi setelah sempat lolos dalam eksekusi mati sebelumnya atas kasus perdagangan obat terlarang atau narkoba.

Pembantu rumah tangga asal Filipina sempat dijadwalkan akan dieksekusi pada bulan April tahun lalu tetapi diberikan penangguhan karena proses hukum di Manila terhadap Maria Kristina Sergio dan pasangannya – dua orang yang merekrut Mary Jane secara illegal – tengah berlangsung di Manila.

Sebagaimana dibuktikan dalam suaranya dalam rekaman, Veloso terisak-isak memohon untuk kebebasannya dari Presiden Duterte, yang terkenal karena pendekatan dalam perang melawan perdagangan obat-obatan ilegal di negaranya.

"Presiden Filipina yang terhormat. Ini adalah Mary Jane, " demikian suara pembantu rumah tangga ini pada permulaan permohonannya.

"Saya sudah menderita di sini di Indonesia terlalu lama. Aku harus bertahan lebih lama dalam hidup ini dan meskipun miskin, saya adalah orang yang takut akan Allah."

Proses panjang di masa lalu, upaya untuk tawar-menawar untuk kebebasan Veloso tetap saja sia-sia. Karena itu dia berharap untuk bebas dengan bantuan Duterte.

"Untuk semuanya itu, saya berharap, bapak Presiden yang terhormat. Saya hanya berharap, kepadamu Bapak Presiden. Aku tahu kaulah satu-satunya yang bisa membantu saya," katanya.

"Saya tahu banyak orang masih percaya dan mendukung saya, tetapi Anda benar-benar tahu bagaimana melakukan keadilan di sini. Aku butuh keadilan dan saya sangat membutuhkannya sekarang. Aku mohon kepada Anda yang memiliki belas kasihan."

Meskipun menjadi tawanan sejak 2010, Veloso tetap berharap bahwa ia akan menerima pengampunan atas sesuatu yang tidak ia lakukan. Karena dia bilang dia tidak melakukan kejahatan narkoba.

"Jika banyak keraguan saya tidak bersalah, tapi Tuhan Allah, Dia tidak pernah tidur dan Dia dapat melihat segalanya yang saya lakukan. Dia tahu bahwa saya tidak membuat kesalahan dan dosa."

Namun hingga berita ini diturunkan Presiden Filipina belum merilis sebuah pernyataan menanggapi permohonan Veloso.

Sebelumnya, Jaksa Agung Muhammad Prasetyo menyatakan dua terpidana mati kasus narkoba yang lolos dari eksekusi mati tahap II pada April 2015, tidak masuk dalam pelaksanaan selanjutnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved