Polemik Menteri Jokowi
Kemenlu Janji Permudah Pergantian Paspor WNI yang Akan Pulang ke Indonesia
Hal itu juga sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang mengingatkan bahwa persaingan antar negara sudah berjalan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri, A.M Fachir akan mempermudah pergantian paspor orang Indonesia yang mau pulang ke Indonesia setelah sudah menjadi warga negara lain.
"Iya kami akan mempermudah kalau mereka mau pulang atau bangsa sangat membutuhkan mereka. Ini kan potensi, jangan sampai disia-siakan," jelas Fachir di Kantor Kemenlu RI Jakarta, Jumat (19/8/2016).
Saat ini, lanjut dia, Kementerian Luar Negeri sedang menginventarisir seluruh warga negara Indonesia yang berada di luar negeri dan memiliki keunggulan di bidang tertentu, mengingat jumlahnya yang begitu besar.
Fachir menjelaskan hal itu sudah sesuai dengan pertemuan Diaspora Indonesia yang berlangsung di berbagai tempat beberapa waktu lalu dan akan memberdayakan mereka untuk membangun bangsa.
"Nah itu mengindentifikasi sekaligus mempromosikan dan memberdayakan para Diaspora kita. Antara lain ya ada yang di bidang ekonomi, ada yang di bidang pendidikan, dan itu tentu mereka bisa berkontribusi," lanjutnya.
Hal itu juga sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang mengingatkan bahwa persaingan antar negara sudah berjalan.
Dikatakannya, banyak orang pintar di Indonesia yang berlabel profesor justru berkarir di luar negeri untuk negara lain dan hal itu disayangkannya.
"Saya tidak mau yang berprestasi di negara kita justru karena kita tidak ambil, tidak manfaatkan, justru digunakan oleh negara lain. Atau karena situasi di negara kita yang tak mendukung orang berprestasi (lalu orang tersebut) lari ke negara lain," kata Jokowi dalam sambutannya dalam acara silaturahmi bersama teladan nasional di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Jokowi pun bertanya ada berapa banyak orang yang bekerja di Silicon Valley dimana itu kawasan banyak berdirinya perusahan bidang komputer. Menurut Jokowi di Silicon Valley banyak orang luar negeri yang bekerja disana termasuk Indonesia.
"Kenapa kita tidak gunakan hal yang seperti iti? Profesor kita di Amerika ada 74 orang, itu hanya Amerika belum bicara Korea, Jepan, dan Jerman. Kenapa tidak mereka saja yang bekerja di Indonesia," tuturnya.
"Ini yang sedang kita upayakan agar semakin banyak anak negeri yang punya prestasi bekerja di dalam negeri. Karena kita butuhkan," tegasnya.