Tujuh Tahun Bersama, Bocah Kembar Siam Ini Tak Mau Dipisahkan
PIN dan Pan nama bocah kembar siam itu, telah belajar berjalan bersama, memakai pakaian, makan dan naik sepeda roda tiga.
TRIBUNNEWS.COM, THAILAND - Sudah sekitar tujuh tahun, kembar siam asal Thailand ini menghabiskan waktu bersama dan saling berbagi anggota tubuh. Dua gadis kecil ini menolak untuk dipisahkan meskipun secara medis, ini mungkin untuk dilakukan.
PIN dan Pan nama bocah kembar siam itu, telah belajar berjalan bersama, memakai pakaian, makan dan naik sepeda roda tiga.
Meskipun kondisi fisiknya mengalami keterbatasan, tetapi mereka tetap bahagia, keras kepala dan sangat spontan seperti anak-anak pada umumnya.
Kembar Pin dan Pan memiliki kepala, torso (batang tubuh) dan lengan sendiri-sendiri, tetapi mereka terhubung di bagian pinggang. Keduanya berbagi sepasang kaki dan saling mengendalikan satu sama lain.
Pin dan Pan berjalan seperti kepiting menggunakan tangan dan kaki mereka. "Mereka suka menyanyi, makan es krim, membantu satu sama lain dalam berdandan dan tertawa cekikikan bersama," kata Noknoi Pongchumnan, nenek kembar siam tersebut, seperti dikutip dari Express, Jumat (29/4/2016).
Sedangkan untuk pergi ke jarak yang lebih jauh, kembar yang tinggal di Nakhon Sawan, sekitar 250 km utara Bangkok itu menggunakan sepeda roda tiga berwarna merah muda, termasuk saat pergi ke sekolah.
Guru akan membantu mendorong kursi roda dari satu ruang kelas ke ruang lain saat sekolah. Mereka pun cukup populer di antara anak-anak lain karena keunikannya itu.
Saat awal belajar di Sekolah Khusus Nakhonsawanpunyanukul, beberapa murid lain merasa bingung dengan kondisi dua bocah itu. Pasalnya, murid-murid di sana belum mengerti soal kembar siam.
Namun setelah menghabiskan waktu untuk belajar bersama, ternyata Pin dan saudarinya Pan sama saja seperti anak lain.
"Di dalam kelas mereka bertanya, mengapa dua orang memiliki satu tubuh. Mereka ingin melihat lebih dekat. Sekarang mereka semua bermain bersama," kata Prateep Suthat, guru bocah kembar tersebut.
Guru dan kakek-nenek si kembar itu berharap agar mereka terampil untuk hidup mandiri di masa depan.
Sang nenek menginginkan agar mereka dapat pergi ke universitas dan menjadi dokter, yang dapat membantu menyembuhkan penyakit orang lain.
Saat pertama kali melihat mereka, Noknoy merasa sangat terpukul karena tak berharap cucu perempuannya kembar siam. Beberapa bulan pertama, ia merasa kasihan dan sering menangis melihat kondisi itu.