Sabtu, 4 Oktober 2025

Krisis Politisi Mengancam Terhambatnya Pembangunan Jepang

Jarangnya anak muda Jepang yang berniat menjadi politisi akhir-akhir ini akan menyulitkan pembangunan negara Jepang di masa mendatang.

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Umeda Nobutoshi (54) politisi dan anggota DPRD daerah Katsushika Tokyo. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jarangnya anak muda Jepang yang berniat menjadi politisi akhir-akhir ini akan menyulitkan pembangunan negara Jepang di masa mendatang.

"Saya sedih sekali saat ini tak ada anak-anak mulai lulusan sekolah dasar sampai dewasa yang ingin menjadi politisi Jepang, sangat langka yang ingin menjadi politisi di Jepang dewasa ini," kata Umeda Nobutoshi (54) politisi dan anggota DPRD daerah Katsushika Tokyo, khusus kepada Tribunnews.com, Kamis (14/4/2016).

Umeda yang menjadi anggota DPRD sejak tujuh tahun lalu, dalam kunjungannya ke berbagai sekolah di Jepang, terutama saat lulus sekolah mereka ditanyakan ingin jadi apa, ternyata tak ada yang mau jadi politisi.

"Saya tanya ke mereka, jawabannya ingin jadi olahragawan, ingin jadi guru, ingin jadi dokter dan sebagainya.Tetapi tak ada dan belum pernah saya menemui anak-anak yang menjawab ingin jadi politisi. Inilah masalah Jepang saat ini," jelasnya lagi.

Sebagai politisi tentu saja Umeda mengakui berusaha untuk menarik para anak muda ke dunia politik. Namun dengan kebutuhan ekonomi yang tinggi, harus kerja keras, dan tak mungkin melakukan korupsi di Jepang.

Apalagi setelah jadi politisi, jarang sekali anak muda mau jadi politisi karena dianggap tidak bisa jadi kaya.

"Di Jepang jadi politisi tak akan bisa jadi kaya. Memang relasi bisa jadi banyak. Dapat teman banyak, hubungan baik sana-sini, tetapi tak bisa kaya karena pengaturan UU bagi Politisi sangat ketat sekali. Bisa dianggap korup akibatnya masuk penjara," jelasnya.

Itulah sebabnya anak muda tak ingin jadi politisi. Sementara kebutuhan hidup tidak sedikit dan penawaran kerja juga banyak bagi mereka untuk berprestasi dan mendapatkan gaji tinggi.

Umeda juga mengungkapkan masalah Jepang saat ini juga jumlah manusia yang sudah sangat sedikit.

"Masalah kurangnya manusia serta banyaknya usia lanjut menjadi masalah besar pula di Jepang. Hal ini harus diantisipasi dengan niat atau itikad politik yang tinggi supaya bisa menjalankan negara ini dengan baik, meskipun jumlah manusia tuanya semakin banyak dan yang muda semakin sedikit. Kekuatan politisi dan pemerintahan sangat besar untuk bisa menghadapi hal ini. Tapi kalau tak ada yang mau jadi politisi, tak ada yang mau duduk di pemerintahan, bahaya sekali nantinya negara ini," kata Umeda.

"Saat ini sejak 1 April hingga awal Juni adalah masa reses bagi anggota DPRD. Kemudian anggota DPRD tersebut saatnya mengunjungi masyarakat yang ingin konsultasi kepada kami terutama para pendukung saya. Waktu inilah digunakan untuk mendengarkan suara rakyat guna memperbaiki kehidupan masyarakat di masa depan," ungkapnya lagi.

Rapat reguler DPRD Katsushikaku empat kali setahun dan setiap aktivitas kegiatan rapat tersebut antara satu atau dua bulan, lalu masa reses untuk mengunjungi para pendukungnya, mendengarkan suara-suara dari mereka.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved