Dr Azyumardi Berharap Indonesia Bisa Bangun Pusat Keunggulan
Dr Azyumardi Azra MA, sangat berharap pemerintah Indonesia bisa membangun Center of Excellent, pusat-pusat keunggulan di Indonesia.
Laporan Richard Susilo, Koresponden Tribunnews.com di Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Dr Azyumardi Azra MA, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sangat berharap pemerintah Indonesia bisa membangun Center of Excellent, pusat-pusat keunggulan di Indonesia seperti dilakukan Tiongkok. Dengan demikian barulah terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi dengan baik di masa mendatang.
"Saya sangat berharap sekali membuat Center of Excellent seperti yang dilakukan Tiongkok selama ini yang menunjuk sekitar 20 pusat keunggulan. Mereka bebas merekrut profesor, top dunia warga Tiongkok yang ada di berbagai negara, kembali ke Tiongkok membangun bangsanya dari dalam Tiongkok. Itu hebat sekali," papar Azra khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (8/7/2014).
Menurut Azra yang pertama kali diundang ke Jepang dalam program Nippon Maru tahun 1979, sudah saatnya Indonesia memberikan perhatian penuh kepada WNI yang ada di luar negeri yang pintar-pintar, misalnya sudah bergelar PhD doktor untuk kembali ke Indonesia.
"Saya setuju mereka berkarya berprestasi di negara luar tetapi kan alangkah indahnya kalau kembali ke Indonesia membangun bangsa dan negara dari dalam Indonesia. Tetapi Indonesia terutama perguruan tinggi (PT) dan lembaga riset harus bisa memenuhi kebutuhan mereka seperti saat dia di negara luar. Jangan jadi moonlighting yang akhirnya nyambi-nyambi di tempat lain supaya kebutuhan hidupnya terpenuhi. Oleh karena itu sudah ada modelnya seperti Tiongkok dan kita tak perlu malu menirunya," katanya.
Saat ini menurutnya, Tiongkok bisa maju karena membangun pusat keunggulan tersebut. PT dan lembaga riset diberikan kebijakan khusus bisa merekrut putra terbaiknya yang bertebaran di berbagai negara, paling banyak di Amerika Serikat, kembali ke Tiongkok, direkrut dengan gaji sama, ditempatkan pada sekitar 20 lokasi pusat keunggulan, berkarya untuk Tiongkok.
"Mereka berhasil melakukan itu," katanya.
Lembaga pendidikan dan riset oleh Azra diinginkan agar diberikan otonomi besar dan dana khusus.
"Kalau dana rutin tak bisa. Pusat keunggulan ini bisa jadi engine development atau modernisasi Indonesia yang sangat baik maju dan stabil di masa depan. Kita harus bisa bangun laboratorium yang state of art tinggi dengan dana yang cukup. Mungkin saja satu dua triliun, tak tahulah berapa. Tapi dengan anggaran Rp 1.500 triliun, pendidikan dapat 20 persen saja berarti Rp 300 triliun. Alokasikan pusat keunggulan Rp 5 triliun, untuk UI, ITB, UGM dan sebagainya. Kasih mereka merekrut WNI top dunia di berbagai negara termasuk yang ada di Jepang," ujarnya.
Dengan demikian Azra berharap nantinya di Indonesia akan ada sedikitnya 10 pusat keunggulan yang bisa merekrut kembali, memulangkan kembali para top saintis Indonesia yang selama ini banyak bertebaran di luar negeri.
"Kalau bisa dilakukan seperti itu, maka percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sangat bagus dan stabil. Kuncinya justru di situ. Selain itu Universitas di Indonesia juga bisa kerja sama dengan PT lain di luar negeri. Tetapi kerja sama jangan sampai dananya juga hanya dari mereka, Indonesia juga harus bisa mengimbangi sehingga punya kebebasan bagi Indonesia untuk mengirimkan ahlinya belajar meningkatkan ilmu dan wawasannya di luar negeri," jelasnya.
Apabila Indonesia hanya terima uang saja, dana belajar di luar negeri dari Jepang misalnya, tentu bidang belajar terbatas, hanya yang sudah ditentukan Jepang saja sebagai pemberi dana."Ke depannya harus begitu, kerja sama jangan hanya dana dari luar negeri tetapi bisa dari Indonesia pula supaya seimbang setara dan kita bisa memilih bebas bidang study yang mau kita pelajari," ujarnya.