Sabtu, 4 Oktober 2025

Ibadah Haji 2025

Temuan Timwas DPR: 115 Jamaah Haji Indonesia Meninggal, Tenaga Medis Terbatas

Edy Wuryanto mengungkapkan, menemukan sejumlah persoalan krusial dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.

MEDIA CENTER HAJI/2025
IBADAH HAJI - Anggota Pengawas (Timwas) Haji DPR RI, Edy Wuryanto mengungkapkan, menemukan sejumlah persoalan krusial dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Pengawas (Timwas) Haji DPR RI, Edy Wuryanto mengungkapkan, menemukan sejumlah persoalan krusial dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.

Edy mengatakan, hingga hari ke-30 pelaksanaan haji, tercatat 115 jamaah Indonesia meninggal dunia.

"Angka ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang mencatatkan 85 kematian pada periode yang sama," kata Edy dalam siaran persnya kepada Tribunnews.com, Senin (2/5/2025).

Selain itu, kata dia, pihaknya juga menemukan terbatasnya tenaga medis, serta kekacauan dalam sistem pemondokan.

"Yang masih dirawat di rumah sakit Arab Saudi hingga hari ke-30 ada 680 jamaah. Tahun lalu, pada periode yang sama, jumlahnya 719 orang," ujar Edy.

Menurut Edy, mayoritas jamaah Indonesia yang berangkat masih didominasi oleh kelompok lanjut usia (lansia) dan kategori risiko tinggi (risti).

Dalam kunjungannya ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Edy menemukan bahwa jumlah tenaga medis yang ditugaskan dalam setiap kelompok terbang (kloter) sangat terbatas. Dalam satu kloter hanya tersedia satu dokter dan satu tenaga medis.

“Kalau terjadi dua atau lebih kasus kegawatdaruratan sekaligus, tim kesehatan pasti kewalahan,” ujarnya.

Selain masalah kesehatan, Timwas juga menemukan ketidakteraturan dalam sistem pemondokan jamaah.

Salah satu yang disorot adalah pemisahan pasangan suami istri, atau anak dan orang tua, meskipun mereka berangkat bersama.

“Karena menggunakan sistem delapan syarikah, penentuan penginapan dilakukan berdasarkan waktu pendaftaran,” ungkap Edy.

Hal serupa dialami petugas kesehatan. Edy menilai sistem pemondokan berbasis delapan syarikah membuat petugas kesehatan tidak lagi bersama dengan jamaah yang sebelumnya sudah mereka pantau sejak keberangkatan.

“Padahal, tenaga kesehatan sudah memantau dan memetakan kondisi kesehatan jamaah yang menjadi tanggung jawabnya, terutama yang masuk kategori high risk. Mereka seharusnya mendapat pemantauan intensif. Dengan sistem delapan syarikah ini, pengawasan menjadi tidak terkontrol,” imbuhnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved