Virus Corona
Jokowi Tegur Lagi Para Menteri: Apa yang Harus Kita Kerjakan, Problem Lapangannya, Bukan Laporan
Menurut Jokowi, saat ini yang dibutuhkan masyarakat adalah kerja cepat pemerintah menangani efek pandemi ini.
Menurut Jokowi, perlunya evaluasi kendala terkait lonjakan kasus tersebut.
Baca: Banyak Masyarakat Langgar Protokol Kesehatan Covid-19, Pemerintah Siapkan Sanksi, Bisa Tipiring
Baca: Waspadai Mikro Droplet Sebagai Sumber Penyebaran Covid-19, Muhadjir Minta Khotbah Jumat Dipersingkat
"Rapat terbatas pada pagi hari ini kita akan evaluasi dan beberapa hal yang harus jadi perhatian," kata Jokowi.
Jokowi menyebut, jajarannya harus bertindak cepat terkait lonjakan kasus yang yang mencapai 2.657 pasien itu.
Kepala Negara juga menyadari bahwa lonjakan kasus tersebut diakibatkan adanya klaster Secapa di Jawa Barat.
"Saya kira kasus positif 1681 yang pada hari kamis yang lalu juga berada di posisi 2500 kasus positif karena ada kasus di Secapa," jelas Jokowi.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo masih menemukan adanya narasi negatif terkait upaya mencegah Covid-19.
Doni menyebut, ada narasi di masyarakat yang menyebut kasus Covid-19 sebagai konspirasi dan rekayasa.
"Masih ada sejumlah pihak yang menganggap ini adalah konspirasi. Covid ini rekayasa. Covid ini adalah konspirasi. Padahal kita semua sudah tahu, bahwa korban jiwa di tanah air sudah melampaui angka 3.500," kata Doni di Istana.
Doni mengatakan, angka kematian di dunia jauh lebih besar akibat Covid-19. Bahkan, total kematian di dunia melebihi angka 550 ribu jiwa.
Oleh karena itu, ia menilai perlu ada penyampaian pesan bahwa Covid-19 berbahaya bagi manusia, terutama masyarakat rentan.
"Jadi ini nyata, ini fakta, oleh karenanya semua pihak harus betul-betul memahami ini. Menyampaikan pesan-pesan bahwa covid ini ibaratnya, mohon maaf, ibaratnya adalah malaikat pencabut nyawa bagi mereka yang rentan. Siapa saja yang rentan? Adalah lansia. Yang rata-rata adalah usia di atas 60 tahun-70 tahun," ucap Doni.
Ia menambahkan, pemerintah akan berupaya menggunakan sosialisasi efektif dengan melibatkan semua pihak.
"Untuk menekan kasus penambahan positif itu yang dipilih adalah sosialisasi yang efektif, yang masif melibatkan seluruh komponen dengan kearifan lokal. Tadi sudah disampaikan Bapak Menko PMK, para antropolog, sosiolog, termasuk psikolog juga tokoh-tokoh masyarakat, khususnya para ulama," jelas Doni. (tribun network/yud)