Virus Corona
Pertama Sejak Februari, Tidak Ada Kasus Covid-19 Lokal di Korea Selatan
KCDC melaporkan empat infeksi baru pada hari ini dan seluruhnya merupakan kasus impor.
Sekira 222 orang kembali dinyatakan positif corona padahal sempat dinyatakan sembuh, dan para ahli tidak yakin mengapa bisa terjadi.
Terkait hal ini Dr Roh Kyung Ho, yang bekerja di Departemen Laboratorium Kedokteran di Rumah Sakit Asuransi Kesehatan Nasional Ilsan memberikan komentarnya.
"Kita dapat melihat ini sebagai masalah infeksi ulang atau masalah pengaktifan kembali," kata Dr Roh Kyung Ho dikutip Tribunnews dari Al Jazeera.
Baca: Korea Selatan Kirim Bantuan RT-PCR Test Kit Senilai USD 500.000 Untuk Indonesia
Baca: Viral, Ini 3 Alasan Drakor The World of Marriage Couple Sangat Populer Tak Hanya di Korea Selatan

Lebih lanjut, Dr Roh menerangkan, perbedaan antara dua kata itu, yaitu infeksi ulang atau reaktivasi, bisa menjadi kunci perjuangan global melawan Covid-19.
Sederhananya, tambah Dr Roh, reaktivasi akan berarti, seseorang dengan Covid-19 belum mampu melawan virus setelah terlihat menjadi lebih baik.
Menjadi terinfeksi ulang berarti seseorang telah pulih sepenuhnya, tetapi kemudian tertular virus lagi.
"Kemungkinan besar virus itu diaktifkan kembali atau menginfeksi ulang karena fungsi kekebalan tubuh seseorang tidak mencukupi," jelas Dr Roh.
"Dalam kasus reinfections, ada kemungkinan seseorang pulih dari virus dan kemudian melakukan kontak dengan pembawa virus asimptomatik lainnya di masyarakat," tambahnya.
Peneliti Tak Yakin
Sebagai catatan, hanya delapan kasus baru dari virus yang dikonfirmasi di Korea Selatan antara 22-23 April 2020.
Hanya di bawah dua bulan setelah apa yang kemudian muncul sebagai puncak wabah pada 29 Februari 2020, ketika Korea Selatan melaporkan infeksi paling banyak di dunia di luar China.
Tetapi dengan sekitar 78 persen dari mereka yang pernah dites positif sekarang dibebaskan dari karantina.
Para peneliti tetap tidak yakin tentang seberapa besar kemungkinan mereka yang pernah terkena Covid-19 untuk tertular lagi.
Para ahli di Korea Selatan tampaknya tidak berpikir kesalahan terletak pada test kit mereka.
Sebagai catatan, test kit mereka sekarang diekspor secara massal.