Infrastruktur Keamanan Sekuritas Diminta Diperkuat Cegah Kebocoran Dana Investasi
Risiko dari internal seperti insider trading juga menambah urgensi penguatan keamanan digital demi melindungi aset dan kepercayaan investor.
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan sekuritas diminta lebih meningkatkan infrastruktur keamanannya, seiring adanya dugaan kebocoran dana milik nasabah.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai perusahaan sekuritas perlu memperkuat sistem keamanan, mengadakan pelatihan internal, dan berkolaborasi dengan OJK untuk memantau tren ancaman siber maupun fraud.
Langkah ini penting bukan hanya menjaga reputasi sekuritas, tetapi juga melindungi kepercayaan investor terhadap pasar modal.
Menurutnya, jika sekuritas besar dibobol, dampaknya bisa berupa manipulasi order, kebocoran data, gangguan likuiditas, hingga keluarnya investor asing.
Baca juga: Dana Nasabah Sekuritas Rp 70 Miliar yang Disimpan di Bank Dibobol, Ini Penjelasan Manajemen BCA
Efek berantai ini berpotensi merembet ke sektor keuangan lain dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Karena itu, respons cepat sangat dibutuhkan untuk meminimalkan kerugian.
Perdagangan saham melibatkan sejumlah pihak, termasuk perusahaan efek atau sekuritas.
Sekuritas berperan membuka rekening efek di bank kustodian, menyalurkan order transaksi, mengelola aliran dana melalui rekening dana investor (RDI), hingga menyediakan riset dan rekomendasi saham.
Heru Sutadi menekankan bahwa ancaman siber terus berevolusi, sehingga sektor keuangan tidak boleh lengah.
Ia mendorong adanya edukasi dan literasi transaksi yang aman, sekaligus memastikan sistem checks and balances berjalan efektif agar tidak ada individu yang menguasai penuh transaksi perusahaan.
Menurutnya, risiko dari internal seperti insider trading juga menambah urgensi penguatan keamanan digital demi melindungi aset dan kepercayaan investor.
Kemudian, pakar keamanan digital Alfons Tanujaya menduga kebocoran berasal dari celah pada lembaga mitra bank, terutama dalam pemanfaatan Application Programming Interface (API).
Menurutnya, sistem internet banking dengan token relatif aman, namun risiko muncul jika server sekuritas yang memiliki akses API tidak terlindungi.
“API bisa melewati pengamanan OTP maupun Two-Factor Authentication (TFA). Bila server sekuritas dikuasai pihak tak bertanggung jawab, misalnya lewat remote access, transaksi yang semula aman menjadi rentan dieksploitasi. Ini di luar kendali bank karena server sepenuhnya dikelola sekuritas,” jelas Alfons dikutip dari Kontan, Rabu (17/9/2025).
Peringatan ini relevan setelah PT Panca Global Sekuritas, anak usaha PT Panca Global Kapital Tbk (PEGE), melaporkan anomali berupa penarikan mencurigakan dari rekening dana nasabah (RDN).
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), PEGE telah mengembalikan dana nasabah pada 10 September 2025 dan menonaktifkan sistem yang terdampak, sehingga akses perdagangan online ikut terganggu.
Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Rekening RDN Dibobol, Perusahaan Sekuritas Didesak Tingkatkan Keamanan Sistem IT
Sumber: Kontan
Top 5 Aplikasi Crypto Terpercaya di Indonesia 2025 |
![]() |
---|
Menteri Rosan: Kepercayaan Investor Faktor Penting Tarik Investasi Baru |
![]() |
---|
Tarik Investor UEA, KJRI Dubai Dukung Kerjasama Bisnis PT KEL dengan Sharia Digital Group |
![]() |
---|
Dukung Upaya Menarik Investor dari Timur Tengah, KJRI Dubai: Positif untuk Hubungan Ekonomi RI-UEA |
![]() |
---|
Pengamat Apresiasi Menkeu Purbaya Guyur Rp200 Triliun ke 6 Bank, Tapi Ingatkan Jangan Jor-joran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.