Sabtu, 4 Oktober 2025

Lonjakan Harga Beras Guncang Jepang, Inflasi Ancam Kekuasaan PM Ishiba

Harga beras di Jepang melonjak 90,7 persen per Juli 2025, dibaderol 3.625 yen atau Rp 399.000 per 5 kg, berpotensi mengancam kekuasan PM Ishiba

Istimewa
HARGA BERAS - Ilustrasi beras. Harga beras di Jepang melonjak 90,7 persen per Juli 2025, dibaderol 3.625 yen atau Rp 399 .ooo per 5 kg. Krisis beras menegaskan kerentanan Jepang terhadap inflasi pangan. Dengan harga beras yang masih tinggi dan dukungan politik yang terus tergerus, membuat depan Perdana Menteri Ishiba kini berada di ujung tanduk. 

TRIBUNNEWS.COM - Jepang kembali menghadapi tekanan ekonomi serius setelah data resmi menunjukkan lonjakan harga beras mencapai 90,7 persen pada Juli 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year).

Data dari Kementerian Pertanian Jepang mencatat bahwa rata-rata harga beras di supermarket nasional selama minggu terakhir di Juli 2025 adalah 3.625 yen atau Rp 399.000 per 5 kg, mencerminkan kenaikan sebesar 40 yen dari minggu sebelumnya.

Sementara pada awal Agustus beras satu karung isi lima kilogram dijual seharga 3.737 yen atau Rp 411.000. Di puncak krisis, harga melonjak ke level 4.285 yen per karung, sementara merek premium bahkan menembus 4.469 yen.

Meski kenaikan ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, lonjakan harga pangan pokok tersebut tetap menambah beban masyarakat.

Memperuncing ketidakpastian politik di bawah pemerintahan Perdana Menteri Shigeru Ishiba.

Mengutip CNBC International, kenaikan harga beras di periode ini dipicu oleh kombinasi musim panas ekstrem tahun lalu yang merusak sebagian besar area pertanian padi di Jepang.

Dimana saat itu suhu panas yang panjang dan curah hujan yang tidak stabil membuat kualitas panen menurun drastis. Alhasil produksi beras berkurang, sementara permintaan tetap tinggi. Akibatnya, harga melonjak.

Selain gangguan cuaca, krisis beras dialami Jepang karena adanya gangguan rantai pasok, hingga panic-buying setelah gempa dahsyat tahun lalu.

Ditambah dengan adanya masalah pasokan global, serta kenaikan biaya distribusi dan energi. Serangkaian masalah ini yang membuat harga beras di Jepang melonjak tajam.

Inflasi Ancam Kekuasaan PM Ishiba

Baca juga: Sidak Pasar di Serang Cek Harga Beras, Mendagri: Harga Stabil karena Intervensi Beras SPHP Bulog

Di sisi lain, inflasi inti Jepang tercatat melambat menjadi 3,1 persen pada Juli, turun dari 3,3 persen di bulan sebelumnya.

Angka ini masih lebih tinggi dari perkiraan ekonom sebesar 3 persen dan tetap di atas target Bank sentral Bank of Japan (BOJ) sebesar 2 persen.

Inflasi umum juga menurun ke 3,1 persen, level terendah sejak November 2024. Namun, inflasi yang disebut “inti-inti” yakni tanpa menghitung harga makanan segar dan energi tetap stabil di angka 3,4 persen.

Ekonom menilai tren penurunan ini bisa memberi sedikit ruang bagi BOJ untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga pada September atau Oktober 2025.

Setelah bank sentral Jepang meningkatkan proyeksi inflasi tahunan menjadi 2,7 persen untuk tahun fiskal 2025, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 2,2 persen.

Meski ekonomi Jepang tumbuh pada kuartal kedua 2025, krisis harga pangan semakin memperlemah posisi politik Perdana Menteri Shigeru Ishiba.

Dalam pemilu tahun ini, koalisi yang yang diketuai Ishiba kehilangan mayoritas di dua majelis parlemen Jepang.

Para pemilih yang marah atas kenaikan biaya hidup menanggalkan dukungan mereka terhadap Partai Demokrat Liberal (LDP) yang selama puluhan tahun mendominasi politik Jepang.

Hal ini mengancam stabilitas pemerintah dan posisi Ishiba, terutama di tengah negosiasi tarif perdagangan mendesak dengan AS

“Lonjakan harga beras sangat simbolis. Ini bukan hanya soal inflasi, tapi tentang ketidakmampuan pemerintah memastikan kestabilan kebutuhan dasar masyarakat,” ujar seorang analis politik di Tokyo.

Para analis menilai kekalahan di parlemen akan melemahkan posisi pemerintah dalam diplomasi, sekaligus membuka ruang bagi lawan politik internal yang ingin menggoyang kepemimpinan Ishiba.

Krisis beras menegaskan kerentanan Jepang terhadap inflasi pangan. Dengan harga beras yang masih tinggi dan dukungan politik yang terus tergerus, masa depan Perdana Menteri Ishiba kini berada di ujung tanduk.

Perbandingan Harga Beras Jepang dan Indonesia

Lonjakan harga beras tak hanya dialami Jepang, belakangan Indonesia juga mengalami kenaikan harga komoditas beras.

Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga beras Indonesia mengalami tren kenaikan dalam sebulan terakhir (21 Juli–21 Agustus 2025).

Beras medium misalnya naik 0,67 persen atau Rp100, dari Rp15.000 menjadi Rp15.100 per kg. Sementara itu, beras premium naik 0,60 persen atau Rp100, dari Rp16.700 menjadi Rp16.800 per kg.

Meski begitu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menilai kenaikan harga beras di Indonesia masih tergolong wajar jika dibandingkan dengan lonjakan ekstrem yang terjadi di Jepang

Amran menegaskan, perbandingan ini menunjukkan situasi di Indonesia relatif terkendali. Kendati demikian pemerintah berjanji akan terus menjaga pasokan dan memastikan stabilitas harga bagi masyarakat, mengingat komoditas ini menjadi kebutuhan pokok mayoritas rakyat.

 (Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved