Sabtu, 4 Oktober 2025

OASA Gandeng Mitra Tiongkok Bangun PLTSa di Tangerang Selatan

PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) menunggu revisi Peraturan Presiden (Perpres) yang diharapkan mempercepat pengembangan PLTSa di Indonesia.

WARTA KOTA/MUHAMAD AZZAM
PLTSA - Pekerja di Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Sumur Batu, Kota Bekasi. PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) menunggu revisi Peraturan Presiden (Perpres) yang diharapkan mempercepat pengembangan PLTSa di Indonesia.  

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) memperkuat posisinya sebagai pemain utama industri pengolahan sampah menjadi energi (waste-to-energy/WTE) di Indonesia.

Hal ini disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST dan RUPSLB) yang digelar di Jakarta, Jumat (15/8/2025).

OASA merupakan perusahaan yang berfokus pada pengembangan teknologi lingkungan dengan tujuan menciptakan masa depan yang lebih hijau. 

Direksi melaporkan bahwa perseroan berhasil memenangkan proyek pengolahan sampah di Tangerang Selatan dan Jakarta Barat. 

Kedua proyek tersebut ditargetkan mampu mengolah setidaknya 3.100 ton sampah per hari.

Melalui anak usaha PT Indoplas Energi Hijau (IEH), OASA akan membangun fasilitas pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Cipeucang, Tangerang Selatan, bekerja sama dengan perusahaan teknologi asal Tiongkok, China Tianying Inc. (CNTY).

PLTSa jenis pembangkit listrik yang memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik.

Direktur Utama dan CEO OASA, Bobby Gafur Umar, mengatakan WTE sejak awal menjadi fokus bisnis perseroan. 

“Kami optimistis industri ini akan tumbuh pesat, seiring rencana pemerintah yang memprioritaskan pembangkit listrik ramah lingkungan,” ujarnya dikutip Sabtu (16/8/2025).

Dalam draf RUPTL 2025–2034, pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik 69,5 GW, dengan 42,6 GW di antaranya berasal dari energi baru terbarukan (EBT) dan 10,3 GW dari storage. Target ini menunjukkan bahwa 76 persen kapasitas akan bersumber dari EBT.

Baca juga: PLN Jalankan Kolaborasi Global dengan Sumitomo untuk Pengembangan PLTSa Kapasitas 50 MW di Jabar

Bobby menambahkan, tren investasi energi bersih secara global kini lebih seimbang dengan energi fosil. Kondisi tersebut diyakini akan menciptakan iklim pendanaan yang lebih kondusif bagi proyek EBT, termasuk WTE di Indonesia.

OASA juga mengincar peluang pengolahan sampah di kota-kota lain. Menurut Bobby, sistem pengelolaan sampah di wilayah perkotaan perlu dibenahi dengan mengadopsi teknologi modern yang ramah lingkungan.

Baca juga: PLTSa Putri Cempo Solo: Energi Listrik Alternatif Didapat, Gunung Sampah Dibabat


Saat ini, perseroan menunggu revisi Peraturan Presiden (Perpres) yang diharapkan mempercepat pengembangan PLTSa di Indonesia. 

Revisi tersebut dirancang untuk menyederhanakan proses perizinan, pengelolaan, hingga skema pembayaran. Pemerintah berencana memperluas penyediaan fasilitas PLTSa di 33 kota di seluruh Indonesia.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved