Rabu, 1 Oktober 2025

Bersama Pemberdayaan BRI, Usaha Sambal Pecel Ini Bisa Tumbuh Dari Dapur Rumah ke Pasar Global

Bersama dengan Pemberdayaan BRI, usaha lokal Sambal Pecel asal Pacitan ini bisa bertumbuh dari yang dulu di dapur rumah kini bisa ke pasar global.

Editor: Content Writer
Dok. BRI
TUMBUH DI PASAR GLOBAL – Bersama dengan pemberdayaan BRI, usaha rumahan sambal pecel Pelita Lumpang Mas milik Sri Kustamaji berhasil menembus pasar global dengan omzet bulanan yang capai ratusan juta rupiah. 

TRIBUNNEWS.COM – Sri Kustamaji, pemilik Pelita Lumpang Mas berhasil membuktikan bahwa sebuah usaha keluarga berupa produk tradisional dengan berbagai inovasi, kerja keras, dan dukungan yang tepat, bisa menembus pasar modern dan diperhitungkan secara nasional. 

Usaha sambal pecel ini berawal dari tangan dingin Sang Ayah, Sri Suharto, yang merintis usahanya di Pacitan, Jawa Timur, awal 1990-an. Saat itu proses produksi dilakukan sepenuhnya secara manual dengan kemasan plastic sederhana dan label fotokopi. 

Hingga awal 2000-an, tongkat estafet usaha berpindah ke Sri Kustamaji. Ia memutuskan untuk melakukan transformasi total pada kemasan, desain logo, serta variasi produknya agar lebih sesuai dengan selera pasar masa kini. 

Langkah berani ini membuahkan hasil. Pelita Lumpang Mas kini menjadi salah satu produk sambal khas Pacitan yang memiliki daya saing tinggi, bahkan mampu menembus pasar nasional dengan omzet bulanan yang telah mencapai ratusan juta rupiah.

“Kami ingin membawa kekhasan sambal pecel Pacitan ke seluruh Indonesia,” ujar Sri Kustamaji. 

Kekhasan itu salah satunya terletak pada penggunaan jeruk purut sebagai bahan utama, menggantikan kencur yang umum dipakai di daerah lain. Selain memberi aroma yang lebih segar, jeruk purut juga memberikan warna yang lebih cerah dan menarik.

Tak hanya dari sisi bahan, proses produksi pun menjadi perhatian utama. Pelita Lumpang Mas memang memadukan teknologi dan sentuhan tradisional. Salah satu contohnya adalah proses pengolahan kacang tanah yang tidak digoreng, melainkan dioven. Hasilnya, sambal pecel menjadi lebih sehat, rendah minyak, dan dapat bertahan hingga satu tahun tanpa bahan pengawet.

"Beberapa proses tetap kami lakukan secara manual untuk menjaga kualitas rasa. Misalnya, proses pencampuran bumbu yang masih menggunakan lumpang, sesuai dengan filosofi nama merek kami," jelas Sri.

Baca juga: Hadirkan Pembiayaan Inklusif, BRI Siap Kawal Koperasi Desa Merah Putih

Transformasi usaha ini tak lepas dari peran BRI melalui program pemberdayaan UMKM. Sejak tahun 2020, Sri aktif mengikuti pelatihan yang diinisiasi oleh BRI, termasuk grup pelatihan dan expo yang mempertemukan pelaku UMKM dengan buyer mancanegara. 

Puncaknya terjadi pada event BRI UMKM EXPO(RT) tahun 2025, di mana Pelita Lumpang Mas berhasil meraih juara kedua dan mencatat lonjakan permintaan yang signifikan.

“Program pemberdayaan BRI benar-benar membuka banyak peluang bagi pelaku UMKM seperti kami. Harapan saya, program ini terus diperkuat dan menjangkau lebih banyak pelaku usaha di seluruh Indonesia,” jelas Sri Kustamaji penuh semangat.

Kini, setiap bulan, Pelita Lumpang Mas memproduksi hingga 20.000 kemasan sambal pecel dengan harga rata-rata Rp45.000 per unit. Selain di Pacitan, Sri juga telah membuka kantor di Jakarta dan sedang menjajaki ekspansi produksi ke wilayah lain di Indonesia.

“Langkah ini tak hanya efisien dari sisi logistik, tapi juga berdampak positif terhadap perekonomian lokal, terutama dalam penyerapan tenaga kerja dan pemberdayaan petani bahan baku,” tambah Sri.

Pada kesempatan berbeda, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi menyampaikan bahwa pencapaian Pelita Lumpang Mas merupakan bukti nyata dari kontribusi program pemberdayaan yang dijalankan BRI untuk mendorong UMKM naik kelas.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved