Senin, 29 September 2025

AII Ungkap Riset Sawit yang Didanai BPDP Belum Tersampaikan Secara Optimal kepada Petani

Ia menyoroti masih rendahnya pemanfaatan hasil riset kelapa sawit yang dibiayai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan kepada petani dan pelaku UMKM.

HO/Ist
PEMANFAATAN RISET - Acara diseminasi teknologi hasil riset sawit di Hotel Wing, Deli Serdang, Sumatera Utara. (HO/AII) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII), Prof Didiek Hadjar Goenadi, menyoroti masih rendahnya pemanfaatan hasil riset kelapa sawit yang dibiayai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) kepada petani dan pelaku UMKM.

AII bersama BPDP berupaya fokus menyebarluaskan hasil riset yang aplikatif dan siap diterapkan untuk meningkatkan produktivitas sektor hulu kelapa sawit.

“Kami sering menerima keluhan dari petani dan UMKM bahwa hasil-hasil riset yang sudah didanai belum benar-benar menyentuh kebutuhan mereka. Padahal sudah banyak temuan yang potensial jika disampaikan dengan cara yang tepat,” kata Prof Didiek.

Hal itu disampaikan Didiek dalam pembukaan kegiatan diseminasi teknologi hasil riset sawit di Hotel Wing, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Ia menambahkan bahwa meskipun BPDP telah melakukan berbagai bentuk sosialisasi, penyampaian teknologi langsung kepada petani dan UMKM tetap diperlukan. 

AII bersama BPDP menyelenggarakan kegiatan diseminasi ini di tiga provinsi sentra sawit, yakni Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan.

Dalam acara di Deli Serdang, tiga teknologi hasil riset dipaparkan kepada sekitar 60 peserta yang terdiri dari petani dan pelaku UMKM. 

Teknologi tersebut antara lain, alat pendeteksi kematangan buah sawit (TBS) oleh Dr M. Makky dari Universitas Andalas, budidaya jamur tiram berbasis tandan kosong kelapa sawit (TKKS) oleh Firda Dimawarnita, ST, MT dari PPKS Bogor, dan pupuk BioSilAc untuk ketahanan sawit terhadap kekeringan oleh Donny N. Kalbuadi dari PPKS

Selain meningkatkan mutu panen dan efisiensi budidaya, teknologi-teknologi ini juga menawarkan solusi terhadap ancaman penyakit seperti Ganoderma yang kerap menghantui kebun rakyat.

Direktur Penyaluran Dana Hilir BPDP, M. Alfansyah, dalam sambutannya menegaskan bahwa riset GRS dirancang untuk mendukung industri sawit nasional dari hulu hingga hilir. 

Dana riset, kata dia, berasal dari kontribusi para pelaku industri termasuk petani.

“Karena dananya juga berasal dari petani, hasilnya harus bisa kembali kepada mereka. Tidak berhenti sebagai laporan akademis saja,” kata Alfansyah.

BPDP, kata, juga mengalokasikan dana untuk program beasiswa bagi anak petani, peremajaan kebun, serta pengembangan sarana-prasarana. 

Dirinya berharap kolaborasi dengan AII dapat mempercepat proses hilirisasi teknologi hasil riset agar langsung dimanfaatkan petani dan UMKM.

Kegiatan diseminasi ini dipimpin oleh Dr Mohammad Yunus dari AII dan menjadi bagian dari agenda nasional PSB yang telah digelar di Kampar (Riau) pada April lalu, dan direncanakan berlanjut ke Kalimantan Selatan pada Agustus mendatang.

“Kami berkomitmen agar teknologi GRS tidak hanya berakhir di laboratorium atau seminar. Sosialisasi yang masif dan tepat sasaran adalah kuncinya,” pungkas Yunus.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan