Kamis, 2 Oktober 2025

Ekonom: Pemikiran Prof Sumitro Relevan untuk Membangun Indonesia, Domestik Harus Diperkuat

Dekan FEB UI Teguh Dartanto mengatakan Prof Sumitro Djojohadikusumo punya pemikiran perlunya penguatan ekonomi domestik dan integrasikan ke global

|
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Erik S
Istimewa
BEDAH PEMIKIRAN PROF SUMITRO - Suasana diskusi Soemitro Economic Forum di The Tribrata Hotel, Jakarta Selatan, Rabu, 4 Juni 2025. Banyak pokok-pokok pemikiran Prof Sumitro Djojohadikusumo yang relevan untuk kebutuhan membangun Indonesia di masa kini dan layak diimplementasikan.  

Karena itu, paralel dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah saat ini yang mencoba hadir memberikan solusi bagi rakyat dengan Lima Paket Stimulus, yakni diskon transportasi, diskon tarif tol, penebalan bantuan sosial, bantuan subsidi upah dan perpanjangan diskon iuran JKK.

Forum Sumitro Center OK__
BEDAH RELEVANSI PEMIKIRAN PROF SUMITRO - Suasana diskusi Soemitro Economic Forum di The Tribrata Hotel, Jakarta Selatan, Rabu, 4 Juni 2025. Banyak pokok-pokok pemikiran Prof Sumitro Djojohadikusumo yang relevan untuk kebutuhan membangun Indonesia di masa kini dan layak diimplementasikan. 

Namun, Teguh juga mengkritis agar jangan hanya yang masih bekerja saja yang dilindungi dengan bantuan tetapi juga untuk para pekerja yang mengalami PHK.

"Jadi bagaimana kita melindungi pekerjaan itu sendiri dan juga membantu yang PHK. Jadi penciptan lapangan kerja dan pemerataan dari kesejahteraan itu sendiri," kata Teguh.

Pembicara lainnya, Fithra Faisal, Juru Bicara Kantor Komunikasi Presiden menyoroti perang tarif yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Menurutnya dengan kebijakan tersebut dunia multipolar tiba-tiba berguncang. Dalam konteks Indonesia, apa yang dilakukan pemerintah terkait perang tarif ini, tidak hanya negosiasi semata tapi telah menawarkan konsesi kepada Amerika Serikat.

"Kita sudah menawarkan apa yang bisa dibeli, apa yang bisa ditawarkan. kepada Trump. Tapi di sisi yang lain, kita tidak meninggalkan kawan," kata Fithra.

Berkaitan dengan target pertumbuhan yang dicanangkan Presiden Prabowo sebesar 8 persen, menurut Fithra, untuk mengejarnya membutuhkan dana sebesar Rp 10.000 trilun.

"Dari 10 ribu triliun itu, kita cuma bisa memaksimalkan 3 ribu triliun dari dalam negeri. Sehingga 7 ribu triliun itu harus didapatkan dari luar negeri," tukasnya

Kebutuhan investas ini di dapat melalui sektor-sektor yang mampu menciptakan efek berantai terhadap produktitas dan lapangan pekerjaan. Sebut saja sektor infrastruktur, teknologi informasi dan komunikasi, sanitasi air, sumber daya air, transportasi dan perumahan.

Baca juga: Diluncurkan Hari Ini, Sumitro Institute Jadi Think Tank untuk Hidupkan Lagi Pemikiran Pak Cum

Untuk mendatangkan investasi asing, maka Indonesia menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif.

Artinya netral dan tidak memihak dalam konflik global Salah satunya ketika terjadi perang dagang Amerika Serikat dan China, Indonesia memutuskan tetap membangun hubungan dengan kedua belah pihak

Fithra juga menekankan pentingnya untuk bekerjaama dengan negara-negara di ASEAN Sebab kawasan ini berada di tengah jalur perdagangan global

Hal lain yang disorot positif Fithra, adalah langkah Presiden Prabowo yang merombak beberapa kebijakan ekonomi, mulai dari kuota impor den aturan terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang terlalu tinggi.

Menurutnya regulasi TKDN yang tidak fleksibel justru menghambat Indonesia dalam jaringan produksi global.

Badri Munir Sukoco, Direktur Pasca-Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya menambahkan, kondisi geopolitik global saat ini terjadi karena semua negara fokus pada kepentingan nasionalnya dan bagaimana memakmurkan negaranya tersebut.

Baca juga: Peringatan 108 Tahun Profesor Sumitro, Buah Pikiran Sang Begawan Ekonomi Tetap Relevan hingga Kini

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved