Bangun Ketahanan Pangan, Bos Bulog: Praktik Tradisional dalam Produksi Beras Harus Ditinggalkan
Sonya Mamoriska mengatakan, adaptasi dan inovasi adalah kunci untuk membangun ketahanan pangan di Indonesia.
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Perum Bulog menilai petani Indonesia perlu meninggalkan praktik bertani tradisional untuk memproduksi beras karena poduksi pangan dunia saat ini menghadapi beragam tantangan.
Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum Bulog Sonya Mamoriska mengatakan, adaptasi dan inovasi adalah kunci untuk membangun ketahanan pangan.
Sonya menjelaskan, adaptasi bisa diterapkan melalui sikap proaktif dengan mengantisipasi perubahan dan mempersiapkan diri dengan tantangan yang akan dihadapi di kemudian hari.
"Ini berarti menjauh dari praktik tradisional yang mungkin tidak lagi berkelanjutan dalam kondisi saat ini. Sebagai gantinya, mengadopsi teknik yang membuat sistem beras kita lebih tangguh," katanya di acara Indonesia International Rice Conference 2024 di Bali International Convention Center, Kamis (19/9/2024).
Dia mencontohkan, beberapa teknik yang dianggap lebih tangguh seperti penerapan pertanian cerdas iklim, yang mencakup pengelolaan air yang efisien, peningkatan kesehatan tanah, dan pengelolaan hama terpadu.
Langkah-langkah ini diklaim dapat meningkatkan kemampuan pertanian padi secara signifikan.
Selanjutnya, terkait inovasi, Sonya menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi mutakhir untuk merevolusi cara penanaman, pengolahan, dan pendistribusian.
"Inovasi memungkinkan kita mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan produktivitas sekaligus meminimalkan dampak lingkungan," ujar Sonya.
"Dari pengembangan varietas padi tahan kekeringan dengan hasil tinggi hingga penggunaan alat pertanian presisi seperti drone, sensor, dan analisis data," lanjutnya.
Dia juga menegaskan, inovasi tidak hanya berkaitan dengan teknologi, tetapi juga mencakup cara berpikir dan berkolaborasi yang baru.
Baca juga: Genjot Produksi Beras dan Jagung, Kementan Fokus Lakukan Pompanisasi di Jawa
Menurut Sonya, penting untuk mengembangkan ekosistem yang mendorong eksperimen dan menerima ide-ide baru, bahkan jika ide-ide tersebut menantang status quo.
Untuk menciptakan ekosistem tersebut, Sonya menggarisbawahi perlunya kemitraan yang kuat di seluruh sektor, mulai dari publik, swasta, akademisi, hingga masyarakat lokal.
"Melalui kolaborasi inilah kita dapat berbagi pengetahuan, menyatukan sumber daya, dan meningkatkan inovasi yang sukses," ucap Sonya.
Baca juga: Bos Bapanas Janji Hentikan Impor Beras Saat Masuki Masa Panen Padi
"Mari kita dukung kebijakan yang mempromosikan penelitian dan pengembangan, berinvestasi dalam teknologi yang memberdayakan petani, dan menciptakan platform inklusif untuk pertukaran pengetahuan," pungkasnya.
Data BPS Ungkap Produksi Beras Surplus 3,7 Juta Ton Hingga Oktober 2025 |
![]() |
---|
BPS: Produksi Beras Nasional hingga Oktober 2025 Tembus 31,04 Juta Ton, Lampaui Capaian Tahun Lalu |
![]() |
---|
Beras di Ritel Modern Kosong, Mentan Amran: Ada Pergeseran Pola Distribusi |
![]() |
---|
NTP Mencapai 123,57 di Agustus 2025, Mentan: Petani Kian Sejahtera |
![]() |
---|
Laporan BPS: Produksi Beras Nasional hingga Oktober 2025 Surplus 3,7 Juta Ton |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.