Senin, 6 Oktober 2025

Gerakan Tinggalkan Dolar AS Makin Masif, Negara Mana Saja dan Apa Alasannya?

Penggunaan mata uang lokal diharapkan mengurangi kerentanan terhadap volatilitas eksternal dan memperdalam pasar keuangan.

Tribunnews/JEPRIMA
Sejumlah negara mulai meninggalkan mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangannya, seperti China, Thailand, Arab Saudi, hingga Indonesia. Penggunaan mata uang lokal diharapkan mengurangi kerentanan terhadap volatilitas eksternal dan memperdalam pasar keuangan. 

Selain kedua negara tersebut, Indonesia dan Singapura juga telah sepakat untuk membangun kerangka implementasi kerja sama LCT.

Pemerintah mencatat, nilai transaksi dan jumlah pelaku LCT terus tumbuh positif.

Pada Januari hingga April 2023, transaksi LCT Indonesia dengan negara mitra, yaitu Malaysia, Thailand, China, dan Jepang, tercatat mencapai US$2,1 miliar.

Pada 2022, transaksi LCT tercatat mencapai US$4,1 miliar atau 5 kali lebih besar dibandingkan dengan total transaksi pada 2020 sebesar US$797 juta.

Jumlah pelaku LCT juga tercatat meningkat signifikan dari 101 nasabah pada 2018 menjadi sebanyak 2.064 nasabah per April 2023.

Perry mengatakan, penggunaan mata uang lokal yang akan terus didorong ke depan diharapkan akan mengurangi kerentanan terhadap volatilitas eksternal dan memperdalam pasar keuangan.

Selain itu, BI mengungkapkan bahwa Vietnam dan Brunei akan mulai mengurangi ketergantuang dolar AS dengan menggunakan local currency transaction (LCT) bersama Indonesia.

Di sisi lain, negara lain juga telah menjalankan gerakan dedolarisasi seperti India sejak April 2023 mengeluarkan kebijakan baru untuk mendorong perluasan rupee sebagai pengganti dolar dalam perdagangan internasional.

Kemudian, Rusia yang menyatakan bahwa pihaknya akan memakai rubel sebagai alternatif transaksi dengan mitra internasional.

Selanjutnya, Brasil yang turut bergabung dengan aliansi negara BRICS mencakup Rusia, India, China dan Afrika Selatan untuk bersiap meninggalkan dolar AS lewat perilisan mata uang baru.

Alasan Tinggalkan Dolar AS

Dolar telah menjadi mata uang cadangan dunia sejak Perang Dunia II. Akan tetapi, kombinasi alasan politik dan ekonomi perlahan-lahan mengikis supremasinya.

Sekarang, sanksi yang dipimpin Barat terhadap Rusia terkait dengan invasinya ke Ukraina membuat negara lain waspada terhadap potensi konsekuensi jika berselisih dengan Washington.

Beberapa, seperti Brasil, Argentina, Bangladesh, dan India, menyiapkan mata uang dan aset cadangan — seperti yuan dan bitcoin China — untuk perdagangan dan pembayaran.

Sementara lingkungan makro-geopolitik memacu negara-negara lain untuk mencari mata uang alternatif, sudah lama ada kegelisahan atas dominasi dolar yang sangat besar dalam perdagangan dan keuangan global.

Baca juga: Dedolarisasi Makin Menguat: Banyak Bank Sentral Borong Emas, China Beli Paling Banyak

Pembicaraan mengenai de-dolarisasi ini telah dibahas kembali secara bergelombang setiap beberapa tahun sejak setidaknya tahun 1970-an.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved