Senin, 6 Oktober 2025

Harga Beras Melonjak

Harga Beras Makin Tak Terkendali Menembus Rp15 Ribu, Presiden Jokowi Sebut Petani Senang

Harga eceren tertinggi (HET) untuk beras premium, zona 1 Rp12.900, zona 2 Rp14.400, dan zona 3 Rp14.800.

Tribunnews/Herudin
Suasana aktivitas pekerja mengangkut beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur. Harga beras kualitas super I Rp 15.950 per kg, telah naik 0,31 persen atau Rp 50 dari harga sebelumnya yakni Rp 15.900 per kg 

TRIBUNNEWS.COM, - Harga beras di berbagai daerah mengalami kenaikan hingga telah melampaui harga eceren tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, harga beras kualitas bawah I Rp 13.450 per kg (stabil), beras kualitas bawah II Rp 13.200 per kg, naik 0,38 persen atau Rp 50 dari harga sebelumnya yakni Rp 13.150 per kg

Kemudian, beras kualitas medium I Rp 14.600 per kg, telah naik 0,34 persen atau Rp 50 dari harga sebelumnya yakni Rp 14.550 per kg.

Baca juga: Update Harga Pangan, 15 Oktober: Minyak Goreng, Gula, Beras, Cabai Kompak Naik di Atas HET

Untuk beras kualitas medium II di level Rp 14.400 per kg. Naik 0,35 persen atau Rp 50 dari harga sebelumnya yakni Rp 14.350 per kg.

Beras kualitas super I Rp 15.950 per kg, telah naik 0,31 persen atau Rp 50 dari harga sebelumnya yakni Rp 15.900 per kg

Selanjutnya, beras kualitas Super II Rp 15.350 per kg, atau naik Rp 100 dari harga sebelumnya yakni Rp 15.250 per kg.

Adapun untuk perhitungan HET, pemerintah menetapkannya berdasarkan sistem zonasi.

Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi. Zona 2 untuk Sumatra selain Lampung dan Sumatra Selatan, NTT, Kalimantan. Zona 3 untuk Maluku dan Papua.

Untuk HET beras medium, zona 1 Rp10.900, untuk zona 2 Rp11.500, untuk zona 3 Rp11.800.

Kemudian untuk beras premium, zona 1 Rp12.900, zona 2 Rp14.400, dan zona 3 Rp14.800.

Petani Senang

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecek langsung kegiatan panen raya untuk memastikan produksi beras nasional masih baik di tengah kekeringan akibat super El Nino.

Hal tersebut disampaikan Presiden dalam keterangannya di Kecamatan Sukra, Indramayu, Jawa Barat, pada Jumat, (13/10/2023).

“Ini yang saya melihat ke bawah itu untuk memastikan bahwa produksi itu masih baik, tapi memang turun karena Super El Nino, tapi masih baik,” ungkap Presiden.

Presiden pun menyampaikan bahwa kondisi panen yang ada di wilayah Kecamatan Sukra tersebut tergolong baik dengan didukung oleh irigasi teknis yang bagus sehingga mampu menghasilkan rata-rata 8,6 ton per hektare.

“Ya baik ini, kalau kemarin di Subang, (sekarang) di Indramayu saya kira karena memang ini irigasi teknisnya masih sangat bagus, ini saya tadi tanyakan kepada petani satu hektare bisa delapan hingga sembilan ton, rata-rata 8,6 ton per hektare,” jelasnya.

Selain itu, harga jual gabah pun tergolong tinggi yang bisa mencapai Rp7.300 per kilogram sehingga memberi keuntungan kepada petani.

“Harga gabahnya sekarang senang semua petani, Rp7.300, Rp7.400, Rp7.200 ya semua petani senang tapi ada yang enggak senang konsumennya,” imbuhnya.

Oleh karena itu, guna menurunkan dan menjaga kestabilan harga beras, Kepala Negara menyebut bahwa pemerintah akan terus menambah cadangan beras yang ada di Bulog meski saat ini sudah terdapat 1,7 juta ton.

“Cadangan di Bulog 1,7 (juta ton) dan akan datang lagi kira-kira 500, 600 ribu ton. Artinya cadangan pangan kita kondisinya aman, tapi memang kita tetap butuh beras ini juga untuk masuk ke pasar agar harga bisa turun sedikit demi sedikit,” ucap Presiden.

Porsi Nasi Dikurangi

Para Pedagang Warteg tengah menyiapkan strategi dalam menghadapi kenaikan harga beras.

Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, para pedagang Warteg menyiasati kenaikan tersebut dengan sejumlah alternatif.

Di antaranya, menyesuaikan harga menu untuk mencerminkan kenaikan harga beras.

"Ini bisa berarti menaikkan harga makanan yang menggunakan beras sebagai bahan utama," ujar Mukroni saat dihubungi, Jumat (13/10/2023).

Selain itu, pedagang warteg juga akan mengurangi mengurangi porsi atau jumlah bahan beras yang digunakan dalam hidangan mereka atau mencari alternatif sumber karbohidrat seperti kentang, singkong, atau jagung untuk mengurangi ketergantungan pada beras.

"Pedagang Warteg juga perlu berkomunikasi dengan pelanggan tentang perubahan harga dan pilihan menu yang tersedia," kata Mukroni.

Pilihan lain, Pedagang Warteg akan mencari mencari sumber beras yang lebih terjangkau atau berkolaborasi dengan pemasok untuk mendapatkan harga yang lebih baik. Juga memastikan penggunaan beras yang lebih efisien dalam setiap hidangan bisa membantu mengurangi dampak kenaikan harga.

Baca juga: Stok Beras Indonesia Dinyatakan Aman, Jokowi Instruksikan Impor untuk Stabilisasi Harga

"Misalnya, mengukur porsi beras dengan lebih teliti dan meminimalkan pemborosan," ucap Mukroni.

Pedagang Warteg juga akan mencoba menu-menu baru yang lebih ekonomis dengan bahan-bahan yang lebih terjangkau atau menciptakan hidangan khusus dengan bahan pengganti beras bisa menjadi solusi kreatif.

"Warteg perlu terus memantau harga beras dan beradaptasi dengan perubahan pasar yang mungkin terjadi. Ini memungkinkan mereka untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai keadaan. Mengganti piring yang lebih kecil agar ada penyesuaian tempat dengan pengurangan porsi nasi karena adanya kenaikan harga beras," imbuh Mukroni.

Impor Beras

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso akan mengusahakan agar impor 1,5 juta ton beras bisa masuk tahun ini.

Impor ini merupakan arahan langsung dari Presiden Jokowi baru-baru ini karena ia ingin stok beras bisa tetap terjaga dan harganya terus stabil di tengah kemarau berkepanjangan.

Rencana impor 1,5 juta ton ini berbeda dengan penugasan 2 juta ton beras kepada Bulogyang telah diberikan pada awal tahun ini.

"Kita akan usahakan tahun ini dan sesegera mungkin. Saya enggak bisa jamin bulan apa. Namanya juga diusahakan," kata Buwas, sapaan akrabnya, ketika ditemui di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (12/10/2023).

Menurut dia, belum tentu 1,5 juta ton beras tersebut bisa tiba tahun ini. Maka dari itu, ia mengupayakan nominal terendahnya, yaitu sebesar 500 ribu ton.

"Menurut saya, belum tentu kita bisa 1,5 juta. Paling diupayakan kita ambil paling rendah saja itu 500 ribu ton," ujar Buwas.

Jika kemudian 500 ribu ton tersebut terealisasi, ia mengatakan bisa menambah stok cadangan beras pemerintah (CBP).

Saat ini, Bulog memiliki stok 1,6 juta CBP yang digunakan untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) alias operasi pasar dan bantuan pangan beras kepada 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Pada program bantuan pangan tahap kedua ini, yang dilakukan pada September-November 2023, per bulannya membutuhkan 240 ribu ton.

Lalu, Jokowi menginginkan agar bantuan pangan ini dilanjutkan hingga Desember, jadi tahap kedua program ini total akan berjalan selama empat bulan.

"Berarti kalau 4 bulan itu lebih dari 800 ribu ton atau hampir 900 ribu ton kalau kita jumlahkan dengan SPHP," ujar Buwas.

Jadi, dengan sisa CBP sebanyak 700 ribu ton, ditambah dengan rencana impor lagi sebesar 500 ribu ton, pemerintah akan memiliki stok beras sebanyak 1,2 juta ton hingga akhir tahun.

Buwas bilang, 1,2 juta ton CBP cukup untuk bansos beras yang akan dilakukan lagi pada Januari hingga Maret 2024.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved