Jumat, 3 Oktober 2025

Amerika Serikat Gagal Bayar Utang

CELIOS: Kinerja Ekspor Indonesia Dibayangi Ancaman Default AS

Bhima Yudhistira menyatakan, ancaman gagal bayar AS berpotensi menciptakan resesi ekonomi. dampaknya ke negara berkembang seperti RI

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
istimewa
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyatakan, ancaman gagal bayar AS berpotensi menciptakan resesi ekonomi. Sehingga, berdampak pada perekonomian negara berkembang seperti Indonesia. 

Neraca perdagangan barang masih mengalami surplus pada Januari 2023. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan pada periode tersebut sebesar 3,87 miliar dolar AS.

Deputi Bidang Statistik Produksi M. Habibullah menyampaikan ada 3 negara yang menjadi penyumbang neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2022, yaitu dari Amerika Serikat, Filipina dan India.

“Tiga negara dengan surplus neraca perdagangan non migas terbesar pada Januari 2023 yaitu, Amerika Serikat, Filipina, dan India,” tutur Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (15/2/2023) silam.

Dengan Amerika Serikat, surplus perdagangan Indonesia mencapai 1,1 miliar dolar AS.
Surplus terbesar disumbangkan oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektronik serta bagiannya HS 85 sebesar 291,2 juta dolar AS, pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) HS 62, senilai 182,4 juta dolar AS, lemak dan minyak hewan/nabati HS 16 sebesar 175 juta dolar AS.

Dampak ke Rupiah

Pengamat ekonomi sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah bisa ambil keuntungan dengan adanya sentimen tersebut.

"Dampak ancaman gagal bayar terhadap rupiah karena pelemahan dolar AS dimanfaatkan pelaku pasar beli rupiah, sehingga naik signifikan bisa ke Rp 14.500 per dolar AS," ujarnya.

Dihubungi terpisah, pengamat ekonomi Ariston Tjendra menilai, kalau soal penguatan rupiah terhadap Greenback lebih karena sentimen penurunan suku bunga AS.

"Ini terkait ekspektasi pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga acuan AS di akhir tahun," tutur dia.

Ekspektasi ini menguat setelah data ekonomi AS menunjukkan pelambatan pertumbuhan dan krisis perbankan yang juga diakibatkan kenaikan suku bunga acuan.

"Sejauh ini kalau dibandingkan, ekonomi Indonesia jauh lebih stabil dibandingkan dengan ekonomi AS, sehingga ini juga mendukung penguatan rupiah terhadap dollar AS. Pasar menunggu hasil rapat The Fed pekan depan untuk pergerakan rupiah terhadap dolar AS selanjutnya," pungkasnya.

Investasi yang Bisa Dilirik Jika AS beneran Default

Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, emas menjadi satu di antara jenis investasi yang bisa dilirik karena akan melesat ketika ekonomi AS terguncang.

"Pergerakan harga emas seandainya terjadi gagal bayar, emas dunia akan melompat, fluktuasi akan kelihatan," ujarnya.

Tidak hanya emas saja, jenis komoditas lainnya bisa menjadi pilihan untuk meraih keuntungan karena harganya murah pada saat mata uang Negeri Paman Sam melemah.

"Harga komoditas pada saat dolar AS melemah, harga komoditas semakin murah akan dimanfaatkan investor untuk beli," katanya.

Ibrahim menambahkan, komoditas yang diuntungkan lainnya, pertama adalah minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

"Kedua, adalah yang punya kita, yakni batu bara, nikel, timah akan dijual harga murah, sehingga permintaan tinggi," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved