Jumat, 3 Oktober 2025

Laju Rupiah Melemah ke Level Rp15.602 per Dolar AS Imbas Potensi Resesi dan Kenaikan Kasus Covid-19

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan terjadi dan berpotensi menguat pada penutupan sore nanti.

Tribunnews/JEPRIMA
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Masagung Money Changer, Jakarta Pusat. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.602 pada Selasa pukul 10.05 WIB (20/12/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.602 pada Selasa pukul 10.05 WIB (20/12/2022).

Sebelumnya pada Senin sore (19/12/2022), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.596

Jika dilihat lebih detail, rupiah mengalami pelemahan 6 poin.

Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, fluktuasi rupiah masih akan terjadi dan berpotensi menguat pada penutupan sore nanti.

Baca juga: Senin Pagi Nilai Tukar Rupiah Kembali Melemah Rp 15.611 Per Dolar AS

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat terbatas direntang Rp15.580 hingga Rp15.640," ucap Ibrahim dalam analisanya di kemarin, (19/12/2022).

Pada Senin (19/12) rupiah berada di level Rp15.596 atau menguat tipis. Sebelumnya pada Jumat (16/12/2022) sore, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.598.

Ibrahim mengungkapkan, fluktuasi rupiah utamanya terdampak sentimen faktor eksternal dan internal.

Untuk faktor eksternal, terdorong kekhawatiran akan potensi resesi dan meningkatnya kasus Covid-19 di China membebani sentimen serta taruhan bahwa Bank of Japan (BoJ), pada akhirnya dapat memperketat kebijakan di tengah meningkatnya tekanan inflasi.

Ketidakpastian atas pembukaan kembali ekonomi di China juga membebani.

Sementara Perintah Negeri Tirai Bambu baru-baru ini mengurangi kebijakan nol-Covid yang ketat, negara itu juga menghadapi peningkatan tajam infeksi, yang dikhawatirkan pasar dapat menunda pembukaan kembali secara penuh.

"Untuk faktor internal, terdorong laporan Lembaga Pemeringkat Kredit Fitch Ratings yang menilai prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah tergolong baik karena memiliki nilai ekspor yang kuat," papar Ibrahim.

"Meskipun, lajunya akan lebih lambat karena harga komoditas global diperkirakan akan menurun ke depan di tengah meningkatnya ketidakpastian. Sehingga di proyeksikan bahwa ekonomi Indonesia akan menghadapi tantangan ketidakpastian global," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved