The Fed Kerek Suku Bunga 50 Bps ke Level Tertinggi dalam 15 Tahun
The Fed menaikkan suku bunga acuannya ke level tertinggi dalam 15 tahun terakhir untuk melawan inflasi
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya ke level tertinggi dalam 15 tahun terakhir pada Rabu (14/12/2022) untuk melawan inflasi di AS yang msih tinggi.
Sesuai dengan perkiraan, Komisi Pasar Terbuka Federal (FOMC) meningkatkan suku bunga pinjaman sebesar 50 basis poin ke kisaran yang ditargetkan 4,25 persen dan 4,5 persen.
Kenaikan ini mematahkan serangkaian empat kenaikan sebelumnya sebesar 75 basis poin, yang menjadi langkah The Fed paling agresif sejak 1980-an.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan dalam konferensi pers, pentingnya langkah untuk terus berjuang melawan inflasi agar "ekspektasi harga yang lebih tinggi tidak mengakar".
“Data inflasi yang diterima sejauh ini untuk Oktober dan November menunjukkan penurunan yang disambut baik dalam laju kenaikan harga bulanan,” kata Powell, seperti yang dikutip dari CNBC.
“Tetapi akan membutuhkan lebih banyak bukti untuk memiliki keyakinan bahwa inflasi berada di jalur penurunan yang berkelanjutan," lanjutnya.
Kenaikan suku bunga mengikuti laporan data indeks harga konsumen (CPI) AS untuk November, yang menunjukkan adanya kemajuan dalam upaya The Fed dalam menjinakkan inflasi.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Selasa (13/12/2022) melaporkan inflasi AS untuk November mencapai 7,1 persen. Sementara CPI inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak berada di tingkat 6 persen.
Baca juga: The Fed Diprediksi Akan Gelar Beberapa Kali Pertemuan Setelah Rilis Data Inflasi AS
Kedua angka tersebut adalah yang terendah sejak Desember 2021. Sedangkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti turun ke tingkat tahunan sebesar 5 persen di bulan Oktober.
Namun, angka inflasi November masih jauh di atas target The Fed sebesar 2 persen. Pejabat The Fed menekankan perlunya melihat penurunan inflasi yang konsisten dan memperingatkan agar tidak terlalu mengandalkan tren hanya dalam beberapa bulan.
Powell mengatakan data inflasi AS untuk November disambut dengan baik, namun dia melihat tingkat inflasi jasa masih terlalu tinggi.
Baca juga: Sejumlah Bank Sentral Tiru Langkah Dovish The Fed untuk Jinakkan Inflasi Akhir Tahun
“Ada ekspektasi memang inflasi jasa tidak turun begitu cepat, jadi kita harus tetap di situ. Kita mungkin harus menaikkan tarif lebih tinggi untuk mencapai tujuan yang kita inginkan,” ungkapnya.
Para bankir The Fed masih merasa memiliki kelonggaran untuk menaikkan suku bunga, karena tingkat perekrutan pekerja tetap kuat dan konsumen, yang menggerakkan sekitar dua pertiga dari seluruh aktivitas ekonomi AS, masih terus berbelanja.
Baca juga: Sinyal Penurunan Suku Bunga The Fed Berlanjut, Begini Proyeksinya
Nonfarm payrolls atau pekerjaan nonpertanian mencapai 263.000 pekerjaan di November, tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Sementara The Fed Atlanta melacak pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS sebesar 3,2 persen untuk kuartal keempat tahun ini.
Penjualan ritel tumbuh 1,3 persen pada Oktober dan naik 8,3 persen secara tahunan, menunjukkan konsumen sejauh ini dapat mengatasi badai inflasi.
Inflasi di ekonomi terbesar di dunia muncul setidaknya karena tiga faktor.
Pertama, permintaan barang yang terlalu besar selama pandemi Covid-19 yang menciptakan masalah rantai pasokan yang parah.
Kedua, invasi Rusia ke Ukraina yang mendorong harga energi melonjak,
Sertam ketiga triliunan stimulus moneter dan fiskal terkait pandemi telah bergabung untuk menciptakan lingkungan harga tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lambat.
Setelah menghabiskan waktu berbulan-bulan mengabaikan lonjakan inflasi pada 2021, pejabat The Fed mulai menaikkan suku bunga pada Maret tahun ini.
The Fed telah meningkatkan suku bunga pinjaman jangka pendek sebanyak enam kali, mendorong benchmark naik ke kisaran target 3,75 persen dan 4 persen.
Sebelum tahun ini, The Fed tidak pernah menaikkan suku bunga lebih dari seperempat poin dalam 22 tahun terakhir.
The Fed juga melakukan "pengetatan kuantitatif", yaitu strategi kebijakan moneter yang digunakan bank sentral untuk memperketat jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan melakukan normalisasi neraca (balance sheet) bank sentral.
Kebijakan ini biasanya dilakukan dengan menjual obligasi dan surat-surat berharga, membiarkan obligasi lama hingga jatuh tempo dan menaikkan suku bunga.
Pengurangan nilai neraca itu dibatasi 95 miliar dolar AS per bulan, menghasilkan penurunan 332 miliar dolar AS dalam neraca keuangannya sejak awal Juni.
Neraca keuangan The Fed sekarang mencapai 8,63 triliun dolar AS.