Ekonom Sebut 5 Industri yang Paling Berisiko Selama Resesi
Dengan ketakutan resesi yang meningkat, para pekerja profesional di AS mengkhawatirkan status pekerjaan mereka di masa depan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Ada banyak perdebatan akhir-akhir ini mengenai resesi di Amerika Serikat (AS), dan banyak peramal ekonomi percaya resesi hanya masalah waktu sebelum akhirnya melanda.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada 11 Oktober memperingatkan bahwa gejolak ekonomi yang terburuk belum datang, namun "bagi banyak orang tahun 2023 akan terasa seperti resesi".
Inflasi terus melonjak, menyebabkan kekacauan di pasar saham, dan perusahaan-perusahaan bersiap menghadapi masa depan yang tidak pasti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK), pembekuan perekrutan karyawan baru, dan dalam beberapa kasus bahkan membatalkan tawaran pekerjaan.
Baca juga: Ekonomi Jerman di Kuartal III Naik, Alarm Resesi Makin Menjauh
Dengan ketakutan resesi yang meningkat, para pekerja profesional di AS mengkhawatirkan status pekerjaan mereka di masa depan. Hampir 40 persen pekerja AS khawatir mengenai keamanan posisi karier mereka saat potensi resesi membayangi, menurut survei Bankrate pada Agustus terhadap 2.458 orang dewasa di AS.
Meskipun tidak ada pekerjaan yang sepenuhnya kebal terhadap hambatan ekonomi, beberapa industri cenderung bernasib lebih buruk daripada yang lain selama resesi terjadi.
Menurut tiga ekonom, ada beberapa industri yang diperkirakan akan menjadi yang paling rentan selama resesi, berikut ini daftarnya yang dilansir dari CNBC :
1. Real Estate
2. Konstruksi
3. Manufaktur
4. Ritel
5. Hospitality Industry
Seorang ekonom senior di LinkedIn, Kory Kantenga, mengatakan pekerjaan yang "pertama pergi" ketika resesi melanda adalah pekerjaan yang bergantung pada pengeluaran konsumen dan orang-orang yang memiliki pendapatan yang dapat dibelanjakan.
Baca juga: Amerika Serikat Menjauh dari Resesi, Laju Ekonomi Tumbuh 2,6 Persen di Kuartal III 2022
Industri ritel, restoran, hotel dan real estate adalah beberapa bisnis yang sering dirugikan selama resesi. Menurut Kantenga, layanan yang ditawarkan industri-industri tersebut memang “dapat meningkatkan kualitas hidup kita, tapi itu tidak diperlukan untuk mempertahankan standar hidup dasar kita."
Sementara menurut kepala ekonom di ZipRecruiter, Julia Pollak mengungkapkan industri yang membutuhkan banyak modal seperti manufaktur dan real estat, "cenderung menderita" selama penurunan pertumbuhan ekonomi dan "kurang tahan resesi".
Itu akan berlaku untuk resesi berikutnya, mengingat kenaikan suku bunga dan rekor inflasi yang tinggi, tambah Pollak.
Konstruksi dan manufaktur mengalami penurunan yang cukup besar dalam jumlah pekerja selama "Resesi Hebat", yang terjadi pada 2007 hingga 2009, menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS.
Pollak memperkirakan manufaktur dan konstruksi akan mengalami penurunan jumlah pekerja jika resesi datang, karena konsumen cenderung menunda pembelian besar, termasuk rumah dan mobil baru selama penurunan ekonomi terjadi.
Baca juga: Pemerintah Sebut UMKM Mampu Jadi Ujung Tombak Hadapi Resesi
Namun, sulit untuk yakin dalam memprediksi apa yang akan terjadi selama penurunan ekonomi berikutnya berdasarkan resesi masa lalu, kata kepala ekonom di sebuah organisasi kebijakan publik yang meneliti masalah ekonomi Economic Innovation Group, Adam Ozimek.
“Ini adalah ekonomi yang benar-benar aneh. Kami keluar dari peta dalam banyak hal, karena sudah lama sejak kami memiliki ekonomi yang terlalu panas dan terutama yang masih memiliki banyak kendala sisi penawaran … Saya tidak yakin sejarah masa lalu adalah akan menjadi panduan yang berguna bagi kami,” kata Ozimek.
Ozimek optimis Federal Reserve AS (The Fed) dapat menekan laju inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi tanpa memicu resesi dan pengangguran yang tinggi, dengan merujuk ke 2018 saat The Fed menaikkan suku bunga dan merekayasa pendingan ekonomi yang tidak mengakibatkan resesi.
“Saya rasa belum waktunya untuk panik. Risiko resesi itu nyata, tetapi saya pikir ada juga peluang bagus kita tidak mengalami resesi sama sekali,” tambahnya.