Bergantung Nasib pada Pabrik Rokok
Sri Sunarti khawatir wacana menaikkan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) berimbas pada pekerjaannya
Ia pun bersukur dari pabrik itu dirinya bisa mencukupi kehidupan dan kebutuhan keluarganya.
"Selama ini saya bisa mencukupi kebutuhan keluarga, menyekolahkan anak dan jadi tulang punggung keluarga," sambungnya.
Suami Amarul hanya bekerja sebagai serabutan yang penghasilannya tak menentu, oleh karenanya keluarganya sangat bergantung dengan pabrik rokok itu.
Ia tak bisa membayangkan kedepannya jika perusahaan tempat ia bekerja itu tutup.
"Suami saya kerja serabutan, kami harap perusahaan bisa terus berjalan dan kami bisa tetap bekerja menghidupi keluarga kami," tukasnya.
Bertahan dari Pandemi

Situasi pandemi banyak membuat perusahaan gulung tikar.
Tapi pabrik rokok AAJ masih bisa bertahan dengan situasi itu, bahkan masih bisa membuka rekrutmen untuk tenaga baru.
Hal itulah yang disyukuri oleh Andini (20), karyawan baru yang bekerja sejak 2020 lalu.
Andini yang berasal dari Kuningan Jawa Barat itu menjadi korban PHK di perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya.
Dirinya sempat bingung harus bekerja dimana lagi, ijazah yang ia miliki hanya lulusan SMA.
Beruntung, ia mendapat informasi dari kerabat di Salatiga, ada perusahaan rokok yang membuka lowongan kerja.
Sudah dua tahun ini ia menjadi karyawan PT AAJ di bagian pengemasan atau packing.
"Saya masuk tahun 2020, saya merasa bersyukur dan berkah karena perusahaan mana di masa pandemi yang mau buka loker. Disini lingkungan kerja baik, mandor baik, Teman-teman baik dan saya betah kerja di sini," ungkap Andini.
Di usianya yang masih muda, ada harapan besar yang disandarkan Andini kepada pabrik rokok tempat ia bekerja itu.