Apa itu Stagflasi yang Diwanti-wanti Bank Dunia? Berikut Pengertian, Penyebab dan Dampaknya
Presiden Bank Dunia David Malpass, memperingatkan negara-negara di dunia mengenai meningkatnya risiko stagflasi.
2. Jatuhnya pendapatan berbagai perusahaan
Agar tetap kompetitif dan dapat bersaing dengan produsen lainnya, perusahaan-perusahaan harus menurunkan harga. Dengan keadaan ini, maka keuntungan sektor bisnis yang mencakup industri, manufaktur, perdagangan, perumahan dan jasa akan merosot tajam. Pada akhirnya, mereka juga bisa mengalami kerugian bahkan kegiatan bisnis mereka bisa terancam gulung tikar.
3. Anjloknya Nilai Investasi
Karena banyak perusahaan yang merugi, tentu saja harga saham perusahaan tersebut ikut terseret turun dan merosot ke level terendah. Efek domino ini akan berlangsung dengan cepat hingga indeks harga saham di suatu negara anjlok. Alasan inilah yang membuat para investor menjual sahamnya dan mengalihkan ke aset keuangan lainnya.
Stagflasi dalam Sejarah
Kompleksitas ekonomi modern dan sistem perdagangan global yang saling berhubungan, menciptakan lingkungan di mana stagflasi mungkin terjadi.
Melansir dari USNews, pada tahun 1970-an, setelah embargo minyak diberlakukan ke Amerika Serikat oleh beberapa negara pengekspor minyak, menyebabkan biaya minyak naik lebih tinggi yang memicu terjadinya inflasi. Pengurangan pasokan energi yang cepat dan signifikan mengakibatkan hilangnya pekerjaan dan mengganggu produksi barang-barang.
Ada ancaman stagflasi saat dunia dihantam pandemi Covid-19 pada tahun 2020, yang menyebabkan gangguan rantai pasokan dan naiknya biaya bahan baku hingga memaksa sejumlah bisnis berhenti beroperasi. Namun ekonomi global mulai bangkit kembali pada tahun 2021, karena vaksin diluncurkan dan dilonggarkannya pembatasan pandemi Covid-19.
Baru-baru ini, perang di Ukraina telah mengakibatkan gangguan pasokan dan stagflasi khususnya di Eropa, di mana sanksi ekonomi terhadap Rusia telah membatasi pasokan minyak dan gas.
Bisakah Stagflasi Dicegah?
Pemerintah dan bank sentral dapat menerapkan kebijakan yang dapat mengurangi kemungkinan stagflasi atau keparahan dari situasi tersebut. Pengambilan risiko yang diperhitungkan merupakan kunci dari menghadapi situasi ekonomi yang sulit, karena mengarah pada peningkatan pengeluaran dan pertumbuhan ekonomi.
1. Memotong Upah Tenaga Kerja
Dengan melakukan pemotongan upah tenaga kerja, maka perusahaan bisa memproduksi lebih banyak barang. Dengan begitu, kegiatan ekspor bisa terus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan negara.
Namun pemotongan upah ini harus diikuti dengan pemberian subsidi dari pemerintah. Sehingga daya beli masyarakat meningkat serta jumlah uang yang beredar dapat terjaga.
2. Melakukan Revaluasi
Revaluasi adalah suatu upaya untuk menaikkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing. Ini dianggap sebagai salah satu solusi jangka pendek untuk mengatasi stagflasi, khususnya pada bagian inflasinya. Namun cara ini dapat menghabiskan devisa negara. Untuk itu, cara ini tidak dapat dilakukan secara terus-menerus karena dapat membebani keuangan negara.