Dolar Menguat ke Rekor Baru, Terkerek Naiknya Suku Bunga The Fed
Dolar AS menguat sebanyak 0,5 persen hingga nilainya terangkat di level 109,44 di perdagangan Asia karena naiknya suku bunga The Fed.
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Isyarat kenaikan suku bunga yang disampaikan ketua The Fed Jerome Powell, telah mendorong nilai mata uang dolar AS melonjak ke level tertinggi pada perdagangan Asia, Senin (29/8/2022).
Dolar AS menguat sebanyak 0,5 persen hingga nilainya terangkat di level 109,44 di perdagangan Asia. Penguatan greenback ini membuat dolar AS menjadi mata uang dengan nilai tertinggi sejak 21 Juli.
Sayangnya aksi bull dolar mendorong tekanan pada pasar global dan membuat mata uang dari negara – negara berkembang jatuh ke posisi terendah, seperti yuan China yang lepas dan jatuh ke level 6,9321 per dolar.
Angka ini bahkan jadi yang terendah yang pernah dicapai yuan sejak dua tahun terakhir.
Menyusul keruntuhan yuan, kenaikan dolar telah membuat Yen Jepang tertekan hingga mata uang ini terkoreksi tajam dan terjun sebanyak 0,76 persen terhadap dolar AS. Dilanjutkan oleh baht Thailand yang terdepresiasi sebanyak 0,64 persen terhadap greenback.
Poundsterling juga ikut terperosok dan anjlok 2-1/2 tahun di kisaran 1,1656 pada awal perdagangan Senin tadi, setelah sebelumnya Sterling berada di posisi 1,1658 terhadap dolar.
Kondisi serupa juga dialami oleh mata uang Eropa yaitu euro, dimana pada awal perdagangan euro ambles sebanyak 0,49 persen menjadi 0,9916 terhadap dolar AS.
Sementara dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif akan kebijakan hawkish juga kompak mencatatkan bearish, dengan Aussie yang anjlok di kisaran 0,7 persen menjadi 0,6842 terhadap greenback sedangkan kiwi Selandia Baru mencapai level terendah dengan turun sebanyak 0,6103 dolar AS.
Baca juga: Senin Pagi Rupiah Menguat Tipis Terhadap Dolar AS, di Level Rp14.816
Keperkasaan dolar dalam perdagangan di pasar spot terjadi usai Powell melontarkan komentar agresif pada Jumat (26/8/2022) di Jackson Hole.
Dalam pertemuan tahunan tersebut Powell menegaskan bahwa pihaknya dan The Fed akan terus menaikkan suku bunga ke level tertinggi sampai inflasi turun menyentuh angka 2 persen
Powell juga mengindikasikan risiko resesi yang akan dihadapi AS akibat sikap hawkish The Fed.
Baca juga: Senator AS Khawatir Kenaikan Suku Bunga The Fed Picu Peningkatan Pengangguran
Kondisi ini lantas membuat investor panik hingga mereka nekat menjual aset investasinya dan beralih pada aset safe haven seperti dolar. Alasan tersebut yang membuat nilai dolar AS meningkat di tengah ancaman resesi.
"Powell menjelaskan bahwa tidak ada poros dovish seperti yang diperkirakan beberapa pelaku pasar,dengan begini indeks dolar AS akan melacak lebih tinggi lagi menuju 110 poin,” jelas Carol Kong, rekan senior untuk strategi mata uang dan ekonomi internasional di Commonwealth Bank of Australia.
Meski The Fed belum menyebut berapa banyak suku bunga yang akan dikerek pada pertemuan di September mendatang, namun mengutip dari Reuters pengetatan moneter ini akan membuat suku bunga naik sekitar 75 basis poin.