BBM Bersubsidi
Pengamat Sarankan Pemerintah Lakukan Pembatasan Pembelian Pertalite Dibanding Naikkan Harga BBM
Menurut Fahmy pemerintah harusnya dapat mengatasi dahulu persoalan subsidi BBM yang banyak salah sasaran
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi berharap pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar.
Menurut Fahmy pemerintah harusnya dapat mengatasi dahulu persoalan subsidi BBM yang banyak salah sasaran. Dirinya menyarankan pemerintah lakukan pembatasan dibanding harus menaikkan harga BBM bersubsidi.
"Mestinya atasi dulu salah sasaran melalui pembatasan. Jangan cari solusi gampang tanpa berkeringat," katanya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Minggu (28/8/2022).
Baca juga: Dibayangi Isu Harga BBM Naik, Nilai Tukar Rupiah Pekan Depan Diprediksi Melemah
Dia mengungkapkan, kalau saja Peraturan Presiden (Perpres) tentang pembatasan BBM subsidi ditandatangani besok, maka 60 persen kuota Pertalite dapat diselematkan.
Sayangnya untuk pembatasan BBM subsidi ini dinilai sulit terlaksana, karena dirinya menduga pengguna Solar di industri bermain via oligarki.
"Kalau Pertalite dan Solar subsidi dibatasi, industri besar pengguna Solar subsidi dirugikan. Karena itu, pilihan pemerintah menaikkan harga subsidi, bukan membatasi," pungkas Fahmy.
Baca juga: Harga BBM Pertalite Hari Ini, Minggu 28 Agustus 2022 Wilayah Kaltim, Jakarta, Sumatera Utara
Adapun dia memperkirakan harga Pertalite akan naik menjadi Rp 10 ribu per liter dari saat ini Rp 7.650, dan Solar menjadi Rp 8.500 per liter dari saat ini Rp 5.150.