Ada 5 Perusahaan Pelat Merah Mau Right Issue, Erick Thohir: Jangan Dibilang Utang Lagi
Erick Thohir mengaku tak sembarang memberikan lampu hijau bagi BUMN melakukan rights issue
Penulis:
Bambang Ismoyo
Editor:
Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membeberkan terkait rencana penambahan modal sejumlah perusahaan-perusahaan pelat merah.
BUMN yang dimaksud seperti PT Bank Tabungan Negara (BBTN), PT Krakatau Steel (KRAS), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Garuda Indonesia (GIAA), PT Krakatau Steel (KRAS), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI), melalui mekanisme rights issue.
Sebagai informasi, right issue adalah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Lazimnya, perusahaan melakukan right issue adalah dengan tujuan menambah modal kerja, mendukung rencana aksi korporasi, ekspansi bisnis, hingga membayar kewajiban utang.
Baca juga: Targetkan 1.000 Gudang, Emiten KIOS Bakal Right Issue Incar Dana Rp 107 Miliar
Namun Erick menegaskan, aksi korporasi kelima BUMN tersebut bertujuan untuk menjaga permodalan.
"Jangan dibilang utang lagi, yang namanya aksi korporasi kan macam-macam, apakah menambah modal dari peran pemerintah, penambahan modal dari aksi korporasi pasar, kemitraan strategis, dan lain-lain," ujarnya dikutip dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (19/8/2022).
Erick Thohir mengaku tak sembarang memberikan lampu hijau bagi BUMN melakukan rights issue.
Menurutnya, penambahan modal ditujukan bagi BUMN dengan industri yang memiliki prospek dan potensi baik ke depan.
Seperti BTN contohnya, untuk memantapkan fokus menyediakan hunian bagi masyarakat, termasuk generasi muda yang kini menjadi mayoritas penduduk Indonesia.
BUMN, ucap Erick, harus memberikan jalan keluar atas kesulitan generasi muda dalam mendapatkan hunian.
"Mesti ada solusi dong, masa yang kaya-kaya aja dapet rumah, generasi baru kita tidak bisa beli rumah. Makanya kita punya program yang namanya Rumah Milenial di mana kerja sama BTN dan KAI," lanjutnya.
Erick menyampaikan rumah milenial yang berlokasi di sebelah stasiun kereta api menerapkan sistem subsidi silang dengan perbedaan terletak pada kualitas interior seperti jenis dan model toilet hingga plafon.
Baca juga: Lanjutkan Aksi Korporasi, Bank JTrust Siap Right Issue Tahap II
"Kita sudah lakukan empat proyek yang jadi, kita ingin harus lebih dorong lebih banyak lagi karena kebutuhan rumah hampir satu juta lebih kalau tidak salah. Berarti permodalan harus kuat," ucap ujarnya.
Erick menyampaikan penambahan modal pun diperlukan Krakatau Steel dalam memperkuat ekosistem industri baja nasional. Dimana, sektor baja dalam negeri juga mengalami tantangan akibat adanya impor baja ilegal.
"Artinya, ini baja impor ada yang resmi dan ada yang selundupan, ini kan akhirnya enggak bagus buat membangun industri kita, itu kenapa kita di Krakatau Steel kita restrukturisasi, yang delapan tahun berturut turut rugi sekarang sudah untung Rp800 miliar," pungkas Erick.