Minggu, 5 Oktober 2025

Kondisi Perekonomian Global Belum Membaik, Sejumlah Negara Berjuang Keluar dari Tekanan Ekonomi

Ekonomi Inggris mengalami kontraksi di kuartal kedua tahun ini, yang dipicu oleh krisis biaya hidup yang sedang melanda negara itu.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Alpha News
Fenomena naiknya inflasi terjadi di sejumlah negara seperti Sri Lanka, Amerika Serikat, Australia, Turki, Korea, hingga Jepang. Sejumlah negara mengalami gejolak perekonomian yang cukup mengkhawatirkan. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi ekonomi global berpotensi melemah yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, sehingga mendorong kenaikan harga pangan global dan energi.

Sejumlah negara mengalami gejolak perekonomian yang cukup mengkhawatirkan.

Hal tersebut terlihat dari lonjakan inflasi yang signifikan, baik dari wilayah Eropa, Amerika maupun Asia.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Global Direvisi Menyusut, Ekonom Sebut Indonesia Mampu Tembus di Atas 5 Persen

Berikut ini Tribunnews.com rangkum informasi terkait perkembangan ekonomi dari berbagai negara di dunia pada minggu ini, yang dilansir dari We Forum.

1. Ekonomi Inggris berkontraksi

Ekonomi Inggris mengalami kontraksi di kuartal kedua tahun ini, yang dipicu oleh krisis biaya hidup yang sedang melanda negara itu.

Data resmi yang diterbitkan pemerintah Inggris menunjukkan produk domestik bruto (PDB) menyusut 0,1 persen di kuartal kedua tahun ini, lebih rendah dari perkiraan para analis sebelumnya sebesar 0,3 persen.

Deputi Gubernur Bank of England (BoE) Dave Ramsden mengungkapkan pada Selasa (9/8/2022) lalu kemungkinan BoE harus menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengatasi inflasi.

Baca juga: Analis: Perang Rusia-Ukraina Buat Ekonomi Moskow Mundur 4 Tahun dalam 1 Kuartal

2. Pertumbuhan ekonomi Filipina melambat

Pertumbuhan ekonomi Filipina melambat pada kuartal kedua tahun ini di tengah inflasi yang tinggi. PDB Filipina mencapai 7,4 persen, lebih rendah dari yang diperkirakan para analis yaitu sebesar 8,2 persen.

3. Kepercayaan bisnis Australia bulan Juli rebound

Ukuran kepercayaan bisnis Australia rebound di bulan Juli karena penjualan dan laba dapat bertahan dengan baik dalam menghadapi kenaikan suku bunga dan inflasi yang tinggi, meskipun perusahaan juga melaporkan rekor biaya yang tinggi di tengah krisis pasokan.

4. Inflasi Yunani di Bulan Juli Melambat

Inflasi Yunani di bulan Juli melambat menjadi 11,6 persen, dari sebelumnya sebesar 12,1 persen di bulan Juni. Lonjakan biaya untuk energi, perumahan, transportasi dan makanan adalah faktor utama yang menopang angka tersebut, kata layanan statistik ELSTAT.

Baca juga: Mendag Apresiasi Kontribusi APR Dukung Pemulihan Ekonomi Nasional

5. Inflasi konsumen perkotaan tahunan Mesir naik

Inflasi konsumen perkotaan tahunan Mesir melonjak menjadi 13,6 persen di bulan Juli, dari 13,2 persen di bulan Juni.

Badan Statistik Mesir (CAPMAS) mengatakan di antara kenaikan harga tahunan terbesar adalah makanan dan minuman, hotel, serta restoran. Ini termasuk kenaikan harga untuk biji-bijian, roti, produk susu dan telur.

6. Bank Sentral Thailand naikkan suku bunga 25 bps

Banks Sentral Thailand telah menaikkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin. Kenaikan ini diharapkan dapat mengurangi laju inflasi.

7. Inflasi Norwegia bulan Juli melonjak

Inflasi Norwegia untuk bulan Juli melonjak ke level tertinggi dalam dua dekade terakhir, mencapai 4,5 persen. Sementara inflasi negara ini pada bulan Juni mencapai 3,6 persen.

Baca juga: Bea Cukai Bawa UMKM Naik Kelas, Ekonomi Tancap Gas

8. Inflasi AS bulan Juli melambat, dipicu penurunan harga bensin

Inflasi Amerika Serikat (AS) di bulan Juli melambat karena harga bensin turun tajam, memberikan kelegaan bagi warga AS yang telah menyaksikan kenaikan inflasi selama dua tahun terakhir.

Data dari Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis pada Rabu (10/8/2022) kemarin menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 8,5 persen, namun turun dari kenaikan sebesar 9,1 persen di bulan Juni yang merupakan rekor terbesar dalam empat dekade. 

9. Inflasi tahunan Meksiko di bulan Juli melambung

Inflasi tahunan Meksiko mencapai level tertinggi dalam 22 tahun terakhir di bulan Juli. Inflasi naik menjadi 8,15 persen di bulan Juli, dari 7,99 persen di bulan Juni. Ini bahkan lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar 8,13 persen.

Baca juga: Kongres AS Sahkan Undang-Undang Pengurangan Inflasi

10. Jerman kehilangan nilai tambah 265 miliar dolar AS akibat perang di Ukraina

Lembaga penelitian Institute for Employment Research mengungkapkan ekonomi Jerman akan kehilangan nilai tambah sebesar 265 miliar dolar AS pada tahun 2030, akibat perang di Ukraina dan kenaikan harga energi.

PDB Jerman tahun depan diperkirakan akan lebih rendah 1,7 persen karena mengalami penyesuain harga. Sementara jumlah penduduk yang tidak bekerja akan mencapai 240.000.

Salah satu sektor yang mendapat tekanan paling besar adalah industri perhotelan, yang telah bergulat dengan pandemi Covid-19. Sektor-sektor lainnya seperti industri kimia dan produksi baja kemungkinan besar juga akan terpengaruh.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved