Selasa, 7 Oktober 2025

Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,4 Persen, IHSG Diprediksi Bisa Meroket ke Level 7.400 

Penguatan tersebut, di antaranya didorong oleh fundamental ekonomi Indonesia yang masih sanggup tumbuh 5,4 persen pada kuartal II 2022. 

Penulis: Yanuar R Yovanda
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa meroket ke 7.400 pada 2022 ini. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa meroket ke 7.400 pada 2022 ini. 

Penguatan tersebut, di antaranya didorong oleh fundamental ekonomi Indonesia yang masih sanggup tumbuh 5,4 persen pada kuartal II 2022. 

"Jadi menurut saya lebih cenderung dipengaruhi adanya faktor mikro, yakni kinerja emiten semakin progresif. Sementara kalau makro secara umum, indikator ekonomi kita itu kinerja fundamentalnya cenderung solid," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (7/8/2022).

Baca juga: Ketua Banggar DPR: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2022 Modal Penting Hadapi Tekanan Eksternal

Selanjutnya, kemungkinan resesi menimpa Indonesia hanya 5 persen, masih rendah dibanding dengan negara lain yaitu Sri Lanka 85 persen, Eropa dan Inggris 45 persen, dan Amerika Serikat (AS) 40 persen. 

"Indonesia peluang resesi 5 persen. Sudah bagus dibanding Thailand dan Singapura juga yang 10 persen," kata Nafan. 

Dia menambahkan, periode November hingga Desember juga biasanya pasar saham mulai masuk tren penguatan atau bullish. 

Penguatan akhir tahun itu biasanya didorong tren komitmen investasi dalam meningkatkan kinerja portofolio saham alias window dressing dari para emiten. 

Di sisi lain, Bank Sentral AS atau The Fed diperkirakan masih akan menahan suku bunga di Agustus, sehingga jadi sentimen positif ke pasar modal. 

Namun, menurut Nafan, The Fed akan kembali naikkan suku bunga acuannya pafa September 2022, dengan peluang kenaikan paling realistis 50 basis poin. 

"The Fed pada Agustus lebih menahan diri, sehingga ini diharapkan mengurangi kekhawatiran investor dari The Fed," tuturnya.

Baca juga: Menko Airlangga: Pemerintah Optimis Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini 5,2 Persen

Lebih lanjut, dia menambahkan, faktor penting lainnya yang dinanti investor adalah rilis data inflasi Negeri Paman Sam pekan depan. 

Dengan mulai adanya tren penurunan harga komoditas, termasuk minyak dunia sudah di bawah 90 dolar AS per barel dapat meredakan kenaikan inflasi. 

"Terakhir 9,1 persen inflasi AS, kalau turun, maka ini akan membuat kekhawatiran pelaku pasar menurun. Di sisi lain, Bank Indonesia masih tetapkan suku bunga di 3,5 persen, meski hadapi pengetatan kebijakan di AS, Inggris, dan Korea Selatan," pungkas Nafan.

Tumbuh 5,44 Persen

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved