Sabtu, 4 Oktober 2025

Ekuador Krisis Pangan dan Bahan Bakar, Warga Turun ke Jalan Gelar Demonstrasi

Warga Ekuador menggelar aksi demo untuk menentang kebijakan ekonomi atas kenaikan biaya hidup, termasuk harga bahan bakar minyak.

AFP/Getty Images
Warga Ekuador menggelar aksi demo menentang kebijakan ekonomi atas kenaikan biaya hidup, termasuk harga bahan bakar minyak (BBM) di Kota Quito, Rabu 22 Juni 2022. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, QUITO – Ekuador kini menghadapi krisis bahan pangan dan bahan bakar, setelah ribuan warganya menggelar aksi demo untuk menentang kebijakan ekonomi atas kenaikan biaya hidup, termasuk harga bahan bakar minyak (BBM).

Semenjak digelarnya aksi demonstrasi tepatnya pada 14 Juni 2022, ribuan penduduk asli Ekuador ramai membanjiri jalanan ibu kota Quito, hingga melumpuhkan semua aktivitas perdagangan di kawasan tersebut.

Sayangnya selama beberapa hari terakhir demonstrasi tersebut selalu berakhir dengan aksi kekerasan dan memicu tindakan penjarahan serta penyerangan di berbagai fasilitas umum, seperti perbankan dan kompleks minyak.

Bahkan semenjak aksi demo di lakukan industri minyak Ekuador telah kehilangan sekitar 78 ribu barel produksi minyak. Hal inilah yang membuat beberapa sektor perdagangan terpaksa menutup operasinya.

Pemerintah Amerika Serikat juga turut mengeluarkan peringatan pada pelancong dari negaranya, untuk tidak mengunjungi Ekuador lantaran negara ini terus mengalami kerusuhan berkepanjangan.

Baca juga: Berita Foto : Blokir Jalan, Penduduk Asli Ekuador Demo Harga Bahan Bakar

Dilansir dari The Guardian, aksi demo ini dilakukan untuk menuntut penurunan harga bensin sebesar 45 sen per galon menjadi 2,10 dolar AS.

Para demonstran juga meminta pemerintah untuk mencegah perluasan industri minyak dan pertambangan lebih lanjut di Ekuador serta memberikan kelonggaran pelunasan utang bagi peternakan kecil dan menengah.

Baca juga: Soal Sri Lanka Bangkrut, Penyebab hingga Negara Asing Berikan Bantuan

Lasso sendiri sebelumnya telah menyerukan dialog dan mengumumkan rencana untuk membantu sektor masyarakat yang rentan. Namun, upaya tersebut tak kunjung mencapai titik tengah hingga memicu kemarahan warga asli setempat.

"Ini bukan waktunya untuk memberikan lebih banyak syarat, ini bukan waktunya untuk menuntut tuntutan yang lebih besar, ini waktunya untuk duduk dan berbicara, kita berada di hari ke-10 pemogokan," kata salah satu demonstran Francisco Jiménez.

Baca juga: Ekonomi Jerman Menuju Jurang Resesi oleh Embargo Gas Rusia

Meski aksi protes ini bukan yang terbesar di Ekuador, namun untuk mencegah meluasnya kerusuhan membuat Lasso memperluas dekret keadaan darurat di negaranya pada Senin (20/6/2022).

Mengingat dalam beberapa hari terakhir insiden tersebut telah membuat 55 demonstran dan enam petugas polisi mengalami luka parah, sementara 18 orang dinyatakan hilang serta 79 lainnya ditangkap sejak unjuk rasa dimulai, menurut aliansi HAM Ekuador.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved