Pasar Minyak Nabati Dunia Bergejolak Setelah Indonesia Larang Ekspor CPO
Pasar minyak nabati dunia bergejolak setelah Indonesia mengumumkan larangan ekspor minyak sawit mentah (CPO) ke luar negeri
“Biaya produksi manufaktur maupun harga barang konsumsi di tiga negara tersebut akan naik signifikan, dan Indonesia yang disalahkan,” sambungnya.
Bhima melanjutkan, dalam kondisi terburuk bisa menimbulkan retaliasi atau pembalasan, yakni negara yang merasa dirugikan akan menyetop mengirim bahan baku yang dibutuhkan Indonesia, sehingga akibatnya bisa fatal.
Tak hanya sampai di situ, kebijakan larangan ekspor CPO akan menguntungkan negara-negara lain yang produsen minyak nabati atau alternatif.
“Pelarangan ekspor juga akan untungkan Malaysia sebagai pesaing CPO Indonesia sekaligus negara lain yang memproduksi minyak nabati alternatif seperti soybean oil, rapseed oil dan sunflower oil yakni AS dan negara di Eropa,” papar Bhima.
Ia membeberkan, seharusnya yang dilakukan cukup mengembalikan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) CPO 20 persen.
Sejalan adanya kebijakan tersebut, Pemerintah harus lebih aktif dalam membenahi soal kepatuhan produsen.
“Pasokan 20 persen dari total ekspor CPO untuk kebutuhan minyak goreng lebih dari cukup. Estimasi produksi CPO setahun 50 juta ton, sementara penggunaan untuk minyak goreng hanya 5-6 juta ton alias 10 persennya. Sisanya mau disalurkan kemana kalau stop ekspor?” pungkasnya.