Senin, 6 Oktober 2025

Pasar Modal Dunia Diprediksi Mengalami Guncangan saat The Fed Naikkan Suku Bunga

Rencana The Fed yang ingin menaikkan suku bunga sebanyak 50 poin pada bulan depan, telah memicu perdagangan di pasar modal global anjlok

FORBES
Gedung Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, di Washington DC. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Rencana bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang ingin melakukan hawkish atau menaikkan suku bunga sebanyak 50 poin pada bulan depan, telah memicu perdagangan di pasar modal global anjlok.

Menurut pejabat tinggi Dana Moneter Internasional (IMF), guncangan pasar modal terjadi lantaran imbas dari langkah The Fed yang ingin menjinakkan inflasi serta mengamankan Amerika dari jurang resesi dengan cara menaikkan suku bunga negaranya.

Namun sayangnya cara yang diambil The Fed secara tidak langsung telah berpotensi besar membuat berbagai negara dibelahan dunia menghadapi risiko sell off atau jual saham, hingga mempengaruhi nilai pasar pada perdagangan dunia tergoncang.

Baca juga: Digitalisasi Jadi Kunci Pasar Tradisional Bisa Perluas Jangkauan Konsumen ke Seluruh Indonesia

“Peluang aksi jual pasar utama akan meningkat jika pengetatan kebijakan moneter digabungkan dengan resesi,” ujar Tobias Adrian, direktur departemen moneter dan pasar modal.

Bahkan untuk mengantisipasi kerugian yang mendalam pada perdagangan dunia, membuat International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan global pada 2022 sebesar 0,8 persen menjadi 3,6 persen.

Pemangkasan tersebut merupakan kali kedua yang dilakukan IMF, setelah awal tahun lalu pihaknya juga telah memotong proyeksi pertumbuhan global untuk membantu menstabilkan perekonomian dunia imbas dari meningkatnya pandemi Covid-19.

Adrian menyebut, cepatnya laju inflasi pada perekonomian AS dan beberapa negara besar di Eropa telah memicu munculnya inflasi makanan sangat berbahaya di negara-negara miskin seperti di Afrika sub-Sahara, di mana negara tersebut tercatat telah menghabiskan 60 persen dari anggaran ekonomi Afrika hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan warga negaranya.

Baca juga: IMF Pangkas Prospek Pertumbuhan Global, Ukraina Diprediksi Kehilangan 35 Persen dari PDB 2022

Tak hanya itu imbas dari kenaikan suku bunga ini juga menyebabkan negara berpenghasilan rendah, berisiko tinggi mengalami kesulitan utang lantaran produk domestik bruto meningkat sebanyak 64 persen, ujar Vitor Gaspar, direktur departemen urusan fiskal IMF.

Lebih lanjut pasar saham Eropa juga ikut terdampak, dimana beberapa aset perusahaan terkerek meredup. Hal ini terlihat dari Stoxx 600 Europe Index yang ditutup lebih rendah 0,8 persen pada Selasa (19/4/2022). Hingga menciptakan kerugian sebanyak 1,5 persen dibandingkan hari sebelumnya.

Gaspar meyakini jika nantinya The Fed terus melanjutkan aksi hawkish atau menaikkan suku bunga maka hal ini dapat berpotensi besar membuat volatilitas perekonomian global makin terganganggu.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved