Senin, 29 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Konflik Ukraina Berlanjut, Harga Pangan Global Melonjak, Uni Eropa Dihantui Krisis Pangan

perang telah mengganggu produksi pangan, karena Rusia telah melarang ekspor biji-bijian, dan panen di Ukraina menjadi tidak pasti

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Food Navigator
Rusia dan Ukraina yang disebut sebagai lumbung pangan global, telah menyumbang sekitar 29 persen dari ekspor gandum global, 19 persen dari ekspor jagung, dan 78 persen dari eskpor minyak bunga matahari. Namun perang telah mengganggu produksi pangan, karena Rusia telah melarang ekspor biji-bijian, dan panen di Ukraina menjadi tidak pasti, yang berakibat pada melonjaknya harga pangan, 

Seruan-seruan petani Eropa

Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, juga berimbas pada kenaikan harga pupuk, yang membuat harga pangan semakin melambung dan meningkatkan kemarahan para petani di negara-negara Eropa.

Petani di Yunani dan Prancis, melakukan demonstrasi untuk menuntut UE agar memberikan dukungan dalam mengatasi biaya pupuk yang semakin mahal, yang dikhawatirkan akan menganggu produksi pangan.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal persatuan petani dan koperasi pertanian Eropa Copa-Cogeca, Pekka Pesonen mengungkapkan komisi Eropa akan memberikan lebih banyak subsidi kepada petani-petani, untuk menangani kenaikan biaya bahan bakar dan pupuk.

“Kita telah melihat itu sebelum perang, ada peningkatan besar dalam harga pupuk, energi, dan biaya tenaga kerja.biaya tambahan yang lebih tinggi ini sangat sulit untuk dijelaskan ke bagian lain dari rantai nilai: industri pengolahan dan pengecer.” ungkap Pesonen.

Ariel Brunner dari Birdlife berpendapat, walaupun jelas petani-petani Eropa sedang berjuang, perang Ukraina telah mengungkap masalah yang terjadi pada sistem pertanian di UE.

“Ketergantungan yang besar pada bahan bakar fosil menjadi masalah yang nyata dan beberapa petani sekarang juga mulai menyadari bahwa mereka seharusnya tidak terlalu bergantung pada pupuk nitrogen buatan dan menggunakan lebih banyak praktik agro ekologi. Ini juga menunjukkan kerentanan hiperspesialisasi, di mana begitu banyak petani telah beralih dari pertanian campuran menjadi hanya menanam satu jenis produk saja," katanya.

Brunner menambahkan, selain karena perang Ukraina, perubahan iklim telah membuat sistem pertanian UE telah terpojok.

"Sangat jelas bahwa banyak sistem pertanian kita telah terpojok di mana para petani sangat rentan, apakah itu oleh pergolakan geopolitik semacam ini atau memang perubahan iklim, yang tetap menjadi ancaman nyata yang besar bagi produksi pangan."

UE Siap menghadapi krisis

Walaupun sebelumnya UE mengatakan mereka tidak khawatir dengan ancaman ketahanan panganan, namun sebenarnya UE telah bersiap untuk menghadapi krisis pangan dengan mengatasi kekurangan pangan global.

Komisaris Eropa untuk Manajemen Krisis, Janez Lenarcic mengatakan UE harus melakukan tindakan mendesak untuk menghindari krisis pangan yang mengancam.

“kenaikan harga pangan menempatkan orang-orang yang paling rentan di seluruh dunia dalam situasi yang lebih buruk. Invasi Rusia ke Ukraina meningkatkan tekanan pada sistem pangan dan mengancam jutaan orang di seluruh dunia dengan kelaparan. Kami sekarang berada di titik balik dan tindakan mendesak diperlukan.” kata Lenarcic.

Lenartic mengungkapkan UE bersama dengan PBB akan bekerja sama untuk mengatasi krisis pangan dan memberikan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang rentan.

Baca juga: Zelenskyy: Dunia Harus Beri Sanksi Rusia Soal Upaya Pendudukan Rubel di Ukraina Selatan

Pekan lalu, anggota Parlemen Eropa juga meminta UE untuk meningkatkan produksi dalam negerinya dan mendukung negara-negara di luar Eropa yang menghadapi kekurangan pangan karena perang di Ukraina.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan