ITI Kerjasama PICES dalam Penelitian & Pengembangan Teknologi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Kerjasama ini dilaksanakan rangka meningkatkan kemampuan SDM dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan sumberdaya kelautan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan perikanan berkelanjutan,
Institut Teknologi Indonesia (ITI) dan North Pacific Marine Science Organization (PICES) melaksanakan kegiatan kerjasama penelitian “Pembangunan jaringan peringatan lokal untuk deteksi dan dimensi manusia keracunan ikan Ciguatera di masyarakat Indonesia” (Building local warning networks for the detection and human dimension of Ciguatera fish poisoning in Indonesian communities).
Kerjasama ini dilaksanakan rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan perikanan berkelanjutan.
Baca juga: Penegakan Hukum Kelautan Harus Bertujuan untuk Kesejahteraan Rakyat
Kerjasama penelitian ini diawali dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Implementation Agreement (IA) pada Rabu (23/3/2022) yang dilaksanakan secara daring dan luring dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
MoU yang ditandatangani oleh Rektor ITI Dr. Ir. Marzan Aziz Iskandar, Secretary Executive of PICES Dr. Sonia Batten dan Chair of PICES Human Dimension Committee Dr. Mitsutaku Makino.
Kedua pihak menyepakati kerjasama dalam bidang "Pengembangan Teknologi dan Pendidikan Bidang Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan".
Adapun Implementation Agreement yang ditandatangani oleh Chair of PICES Human Dimension Committee Dr. Mitsutaku Makino dengan Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian (TIP) ITI Shinta Leonita diwujudkan untuk terlaksananya kerjasama penelitian pembangunan jaringan peringatan lokal untuk deteksi dan dimensi manusia keracunan ikan Ciguatera di masyarakat Indonesia atau building local warning networks for the detection and human dimension of Ciguatera fish poisoning in Indonesian communities.
Acara penandatanganan naskah kerjasama ini dihadiri dan disaksikan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Penelitian dan Kemahasiswaan, Wakil Rektor Bidang Bisnis, Kerjasama dan Sumberdaya, Delegasi PICES yang diwakili oleh Dr. Alexander Bychkov (PICES Secretariat), Prof. Marxwell (University of Maine-USA), Dr. Shion Tekemura (MAFF Japan), serta jajaran Pimpinan ITI.
Dalam sambutannya, Rektor ITI sangat mendukung berbagai upaya membangun sinergitas untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM ITI dan Masyarakat Indonesia.
Sesuai dengan visi misi dan peran ITI sebagai the Technology-based Entrepreneur University untuk menjawab tantangan pembangunan nasional dan global.
Baca juga: Dorong Tumbuhnya Investasi Sektor Kelautan, KKP Percepat Rencana Zonasi Kawasan Antarwilayah
"ITI sangat menaruh perhatian kepada pengembangan teknologi dan peningkatan kemampuan SDM sebagai fondasi dalam memacu pengembangan dan pemanfataan sumberdaya alam untuk mendukung percepatan pembangunan nasional. Melalui kerjasama ini diharapkan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berjalan sesuai dengan visi misi ITI dan program PICES yang akan dikerjasamakan," ujar Marzan Aziz Iskandar dalam keterangannya.
Seperti diketahui, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki terumbu karang terluas di dunia.
Luas terumbu karang Indonesia mencapai 284,3 ribu kilometer persegi atau setara dengan 18 persen dari terumbu karang yang ada di seluruh dunia. Kekayaan terumbu karang Indonesia tidak hanya dari luasnya, tetapi juga keanekaragaman hayati di dalamnya.
Keanekaragaman hayati terumbu karang sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia juga yang tertinggi di dunia.
Di dalamnya terdapat 2.500 jenis ikan, 1.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang.
"Namun demikian saat ini karena meningkatnya kegiatan manusia di wilayah pesisir dan adanya perubahan iklim dan pemanasan global, telah banyak mengancam kerusakan dan kematian terumbu karang yang memicu munculnya penyakit keracunan ciguatera," ujarnya.
Dikatakan bahwa penyakit keracunan ciguatera disebabkan memakan ikan yang terkontaminasi ciguatoxin, yang berasal dari dinoflagelata tropis (organisme sel tunggal) yang hidup dalam mikroalga yang banyak tumbuh di karang mati.
Penyakit ini secara global telah banyak ditemukan diberbagai belahan dunia, untuk itu walaupun di Indonesia belum banyak dikenal, namun sebagai negara tropis yang kaya akan terumbu karang, sangat perlu mewaspadainya.
Baca juga: Peran Penting Pengendalian Penyakit Ikan dan Lingkungan Mendukung Perikanan Budi Daya Berkelanjutan
Untuk itu kerjasama penelitian tentang “Pembangunan jaringan peringatan lokal untuk deteksi dan dimensi manusia keracunan ikan Ciguatera di masyarakat Indonesia” (“Building local warning networks for the detection and human dimension of Ciguatera fish poisoning in Indonesian communities”), sangat relevan untuk dikembangkan bekerjasama dengan berbagai lembaga terkait dan pemangku kepentingan baik di tingkat nasional maupun global.
ITI merupakan salah satu perguruan tinggi teknik terkemuka di Indonesia yang didirikan pada tahun 1984 oleh Prof. Dr. Ing, BJ Habibie.
Sementara PICES adalah organisasi keilmuan antar pemerintah yang beranggotakan 6 negara di Pasifik Utara yaitu Kanada, Jepang, Republik Rakyat China, Republik Korea, Federasi Rusia, dan Amerika Serikat.