Konflik Rusia Vs Ukraina
Kena Sanksi, Rusia Balik Mengancam Akan Sita Simpanan Ritel Warganya
Rusia memiliki lebih dari 640 miliar dolar AS dari dana asing, cadangan emas dan devisa di luar negeri.
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sanksi yang dijatuhkan negara Barat dan Amerika Serikat terhadap Rusia karena menginvasi Ukraina diperkirakan akan berdampak pada pelanggan ritel di Rusia.
Mereka akan kehilangan tabungan mereka.
Dikutip dari Cointelegraph.com, Jumat (25/2/2022) anggota Partai Komunis Rusia dan Wakil Ketua Komite Kebijakan Ekonomi Dunia, Nikolai Arefiev mengatakan, simpanan rakyat akan disita sebagai tanggapan atas sanksi yang diterima negara itu.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita lokal News.ru, dia menyatakan, Pemerintah Rusia berpotensi menyita simpanan rakyat senilai 60 triliun rubel atau sekitar 750 miliar dolar AS, jika negara-negara Barat memutuskan akan memblokir semua dana asing Rusia.
Baca juga: Uni Eropa Perpanjang Sanksi Pribadi ke Belarus Selama Setahun karena Bantu Rusia
“Jika semua dana asing diblokir, pemerintah tidak akan punya pilihan lain selain menyita semua simpanan penduduk, atau 60 triliun rubel untuk menyelesaikan situasi ini,” kata pejabat itu.
Arefiev menambahkan, Rusia memiliki lebih dari 640 miliar dolar AS dari dana asing, cadangan emas dan devisa di luar negeri.
Baca juga: Rusia Kuasai Pasokan Gas dan Minyak ke Eropa, Amerika Serikat Bisa Apa?
Dia juga menyebutkan bahwa sanksi potensial terhadap Rusia termasuk kemungkinan pemutusan dari SWIFT dan larangan valuta asing.
Presiden Rusia Vladimir Putin Kami lalu resmi memerintahkan militernya untuk menggelar operasi militer khusus di Ukraina, yang menyebabkan Uni Eropa menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap bank-bank besar Rusia, termasuk Sberbank dan VTB Bank yang mendapat dukungan dari negara.
Baca juga: Antisipasi Pasokan Gandum dari Ukraina Terganggu, Pengamat Sarankan Switching ke Australia
Menurut laporan lokal menyebutkan, Sberbunk secara keliru membuat pernyataan mengenai dimasukannya bank ini ke dalam daftar sanksi Amerika Serikat pada Kamis malam.
Namun, Sberbank kemudian menghapus pemberitahuan ini dan mengklaim jika pernyataan itu salah yang disebabkan kerusakan pada situs web mereka.
Baca juga: Inflasi Terjaga, Pasar Keuangan Indonesia Lebih Tahan Terhadap Dampak Konflik Rusia-Ukraina
Pada hari Kamis, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa akan memastikan langkah untuk menanggapi kemungkinan sanksi Barat.
“Jangan salah, kami akan menanggapi dengan keras sanksi ini, tidak harus secara simetris, tetapi tanggapannya akan dikalibrasi dengan baik. dan tidak akan gagal untuk mempengaruhi Amerika Serikat.” ungkap Kementerian Luar Negeri Rusia.
Berita terbaru datang ketika rubel Rusia anjlok ke level terendah sepanjang masa terhadap dolar AS, dengan indeks melonjak hingga 115 rubel per dolar AS.
Menurut data dari CoinGecko, serangan Rusia telah memicu dampak besar pada pasar saham dan pasar cryptocurrency Rusia, dengan Bitcoin ( BTC ) secara singkat turun di bawah 35 ribu dolar AS untuk pertama kalinya sejak Juni 2021.
Kapitalisasi pasar total jatuh di bawah 1,7 triliun dolar AS untuk pertama kalinya sejak Agustus tahun lalu.