Rabu, 1 Oktober 2025

Kedelai Mahal, Tempe di Warteg Bisa Seukuran Kartu ATM

Pedagang tidak mungkin menaikkan harga makanan di warteg, paling mengecilkan ukuran, bisa saja tempe seukuran kartu ATM.

Editor: Choirul Arifin
Tribunnews/Jeprima
Pekerja menyiapkan pesanan nasi bungkus di sebuah kedai warteg di kawasan Ampera, Jakarta Selatan, Sabtu (6/11/2021). Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga kedelai yang selama ini menjadi bahan baku tempe dan tahu masih tetap melambung tinggi. Imbasnya, pedagang rumah makan seperti warung Tegal (Warteg) mengecilkan ukuran tempe dan tahu.

Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni menyebut hal tersebut mau tidak mau harus dilakukan para pengusaha Warteg karena efek domino kenaikan harga kedelai sudah sangat terasa di masyarakat, tak terkecuali bagi kelompok pedagang.

"Karena para pedagang tidak mungkin menaikkan harga, paling mengecilkan ukuran, bisa saja tempe seukuran kartu ATM dan lainnya," ujar Mukroni saat dihubungi, Kamis (17/2).

Mukroni mengatakan, pedagang Warteg tengah terpukul. Ditambah kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3, serta harga minyak goreng yang belum merata di pasaran.

"Harga minyak belum merata, Masih ada yang jual mahal," tutur Mukroni.

Ia meminta kepada pemerintah agar menjaga stabilitas harga di tengah terhimpitnya perputaran ekonomi para pedagang.

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu dan Tempe Akan Mogok Produksi Tiga Hari

"Dengan daya beli masyarakat yang belum pulih, pemerintah terus membantu UMKM untuk terus menstabilkan harga," imbuh Mukroni.

Sementara itu, perajin tempe dan tahu di Kabupaten, Brebes, Jawa Tengah, mengeluhkan harga kedelai yang semakin melambung tinggi.

Alhasil, mereka terpaksa menaikan harga jual tahu dan tempe di pasaran. Perajin tempe di Kelurahan Pasarbatang, Kecamatan Brebes, Nur Arifudin (43) mengungkapkan harga kedelai saat ini Rp 11.000 per kilogram, dari sebelumnya di bawah Rp 10.000.

Baca juga: Harga Tahu Tempe Merangkak Naik, PRIMA: Pemerintah Gagal Kendalikan Harga Kebutuhan Pokok

"Kenaikan harga kedelai terjadi sejak sekitar sebulan lalu yang awalnya masih di bawah Rp 10 ribu per kilogram," kata Nur.

Meski tak mengurangi ukuran tempe hasil produksinya, Nur terpaksa menaikan harga jual tempe menjadi Rp 11.000 per kilogram.

"Saya tidak mengurangi ukurannya, namun saya jual tempe Rp 11.000. Sebelum harga kedelai naik saya jual tempe Rp 10.000," kata Nur.

Baca juga: Harga Kedelai Terus Melejit, Perajin Tahu Tempe Menjerit

Nur mengaku tidak kesulitan mendapat bahan baku kedelai. Namun bukan membeli di koperasi seperti biasanya, melainkan beli di toko yang harganya lebih murah.

"Saya sudah lama tidak beli di Kopti (koperasi tahu tempe) lagi karena harganya lebih mahal dari harga pasaran," ungkapnya. Ia berharap, harga kedelai di pasaran bisa stabil. Sehingga ia pun tetap menjaga harga jual tempe.

"Karena memang banyak yang tanya juga kenapa harganya naik," kata dia.

Senada disampaikan penjual tahu aci, Mandra (56), yang juga terpaksa menaikkan harga jual tahu sekaligus mengecilkan sedikit ukurannya.

Dikatakan Mandra, harga dari perajin tahu saja per loyangnya sudah naik menjadi Rp 32.000, dari semula Rp 31.000.

"Saya harus jual tahunya Rp 500 per bijinya," kata Mandra. Karena harga yang dinaikan dan ukuran yang diperkecil, Mandra mengaku omset harian sempat menurun.

"Konsumen memang jadi berkurang. Biasanya saya habis sampai 3 loyang, sekarang satu loyang saja kadang nggak habis," kata Mandra.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan harga tahu dan tempe akan naik beberapa bulan ke depan.

Imbas dari penurunan jumlah produksi kedelai di negara penghasil, kekurangan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan, dan inflasi 7 persen di Amerika Serikat.

Namun Oke Nurwan memastikan stok kedelai nasional aman, meski terjadi kenaikan harga kedelai yang signifikan selama dua minggu terakhir.

"Menyikapi harga kedelai dunia yang masih cukup tinggi, Kemendag bersama seluruh pelaku usaha kedelai nasional akan terus berupaya menyediakan stok kedelai cukup untuk memenuhi kebutuhan industri perajin tahu dan tempe menjelang puasa dan Lebaran 2022," kata Oke.

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu kedua Februari 2022 mencapai 15,77 dolar AS per bushels.

Harga ini diperkirakan terus naik hingga Mei yang mencapai 15,79 dolar AS per bushels dan mulai turun pada Juli sebesar 15,74 dolar AS bushels.

Kenaikan harga disinyalir akibat adanya kenaikan inflasi di negara produsen yang berdampak pada kenaikan harga masukan produksi, terjadi kekurangan tenaga kerja, dan kenaikan biaya sewa lahan.

Selain itu, disebabkan ketidakpastian cuaca di negara produsen yang mendorong petani kedelai menaikkan harga.

Total stok yang dimiliki Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) tercatat sebesar 300 ribu ton.

Jumlah ini berasal dari stok awal Februari yang tercatat sebesar 160 ribu ton ditambah pemasukan pada pertengahan Februari sebesar 140 ribu ton, di mana jumlah itu diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama dua bulan ke depan (Februari–Maret 2022).

Akindo berkomitmen untuk menjaga harga kedelai di tingkat importir sebesar Rp10.500 sampaib11.500 per kilo gram pada Februari 2022 dan akan ditinjau kembali setiap akhir bulan berdasarkan perkembangan harga kedelai dunia. 

Hal ini dilakukan guna memberikan kepastian harga kedelai kepada perajin tempe dan tahu, serta menjaga situasi kondusif di tengah ketidakpastian harga kedelai dunia.

Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyampaikan akan menaikkan harga jual produknya, seiring melonjaknya harga kedelai.

"Tolong dibilang ke masyarakat, bahwa kami menaikkan harga tempe - tahu terpaksa, kalau harga kedelai tidak naik, kami tidak menaikkan," kata Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifudin.

Harga tempe di tingkat masyarakat nantinya bisa Rp 6 ribu per potong atau ukuran 500 gram, dari saat ini Rp 5 ribu. 

"Naiknya tidak seberapa, hanya Rp 1.000, kami tukang tempe sama tahu ini hanya sekadar bisa bertahan hidup saja, agar bisa makan," tutur Aip.(Tribun Network/nis/kps/sen/wly)

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved