Cetak Rekor Sepanjang Masa, IHSG Perkasa di 6.726,34, Investor Asing Catat Beli Bersih Rp 970 Miliar
Pada 23 November 202, IHSG sempat bergerak ke level tertinggi sepanjang sejarah (all-time high) ketika menyentuh level 6.723,39.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Hari Jumat (21/1/2022) menjadi hari yang istimewa bagi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada hari ini, Ìndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertinggi pada 2022.
Dikutip dari Kontan.co.id, IHSG pada akhir pekan ini naik 1,50% atau 99,50 poin ke 6.726,34.
Selain tertinggi tahun ini, rekor tersebut juga jadi rekor sepanjang masa.
Pada 23 November 202, IHSG sempat bergerak ke level tertinggi sepanjang sejarah (all-time high) ketika menyentuh level 6.723,39.
Seluruh indeks sektoral menguat bersama dengan IHSG. Sektor barang baku melonjak 1,96%.
Baca juga: Baru Dibuka IHSG Melorot 0,11 Persen ke 6.619. Investor Asing Lego AMAR, MSIN dan ARTO
Sektor energi melesat 1,92%. Sektor teknologi melejit 1,41%. Sektor keuangan menguat 1,41%. Sektor infrastruktur naik 1,37%. Sektor perindustrian menanjak 1,27%.
Sektor kesehatan menguat 1,10%. Sektor transportasi dan logistik naik 1,09%.
Sektor properti dan real estat menguat 0,92%. Sektor barang konsumsi nonprimer naik 0,83% dan sektor barang konsumsi primer naik 0,69%.
Total volume transaksi brusa mencapai 18,33 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 11,02 triliun. Sebanyak 257 saham menguat. Ada 253 saham turun harga dan 167 saham flat.
Baca juga: IHSG Dibuka Tak Berdaya, Turun 0,43% ke 6.585,919, Investor Asing Borong Saham BRI, Telkom dan Adaro
Top gainers LQ45 hari ini adalah:
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) 5,96%
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) 4,53%
PT Jasa Marga Tbk (JSMR) 4,32%
Top losers LQ45 terdiri dari:
PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) -2,13%
PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -1,92%
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) -0,60%
Investor asing mencatat beli bersih atawa net buy Rp 970 miliar di seluruh pasar. Saham-saham dengan pembelian bersih terbesar asing adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 275,2 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 147,4 miliar, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp 144,4 miliar.
Baca juga: IHSG Ditutup Melorot 0,47 Persen ke 6.614, Investor Asing Lepas Saham BNI, BCA dan Astra
Saham-saham dengan penjualan bersih terbesar asing adalah PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) Rp 34,9 miliar, PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) Rp 31,1 miliar, dan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) Rp 30,5 miliar.
Penambahan Investor
Sebelumnya, Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, pencapaian kinerja bursa saham Indonesia tak terlepas dari adanya penambahan jumlah investor yang sangat signifikan.
"Sepanjang 2021, jumlah investor saham melonjak 103% menjadi 3,45 juta investor, dibanding tahun 2020 yang baru sebanyak 1,7 juta investor," ucap Inarno dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (30/12/2021).
Pertumbuhan jumlah investor tersebut berasal dari investor retail yang ditopang oleh orang-orang yang berada di usia di bawah atau sama dengan 40 tahun.
Kenaikannya mencapai 1,51 juta atau 88% dari total investor baru sepanjang 2021.
Hal ini turut menjadikan investor retail domestik dapat merajai lebih dari 56% transaksi di bursa saham.
Tak berhenti sampai di situ, jumlah investor yang aktif bertransaksi saham juga meningkat menjadi 198.000 setiap harinya.
Jumlah ini bertambah dua kali lipat dibanding jumlah investor aktif tahun 2020 yang sebanyak 95.000 dan naik 7,6 kali lipat dibanding 2016 yang hanya memiliki 26.000 investor aktif harian.
Menurut Inarno, penambahan jumlah investor aktif saham ini tak terlepas dari kegiatan edukasi yang gencar dilakukan.
Sampai dengan akhir Desember 2021, ada lebih dari 10.000 aktivitas edukasi dengan total jumlah peserta 1,28 juta orang. Dari total kegiatan tersebut, sebesar 97% dilakukan secara daring.
"Di samping itu, BEI juga masih terus melakukan sosialisasi secara online, termasuk kepada calon perusahaan tercatat. Hal ini mencerminkan adanya peluang besar dalam pemanfaatan media digital dan teknologi kepada masyarakat," kata Inarno.
Prediksi 2022
Analis memandang positif kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun depan. Dengan pandangan positif tersebut, analis melihat beberapa sektor yang prospektif di tahun 2022.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menilai pada tahun depan IHSG akan berkisar pada level 7.500-7.600. Walau begitu, dirinya menegaskan proyeksi tersebut dengan asumsi IHSG tahun ini ditutup di level 6.600.
Dengan proyeksi tersebut, tiga sektor utama yang memiliki sektor positif yakni keuangan, FMCG, dan infrastruktur telekomunikasi. Selain ketiga sektor tersebut, dia juga masih menilai positif untuk sektor komoditas seiring harga yang cukup baik.
Untuk keuangan, menurutnya perbankan akan menjadi salah satu emiten yang memiliki prospek baik. "Seiring pemulihan ekonomi tentunya membutuhkan pendanaan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (28/12).
Kemudian untuk FMCG, dengan berjalannya pemulihan ekonomi sehingga ada harapan pemulihan daya beli pula.
Di tengah proyeksi saat ini, Wawan menuturkan memang saat ini harga CPO yang tinggi dapat meningkatkan biaya bahan baku tetapi dia melihat kenaikan harga CPO memang biasa terjadi di akhir tahun.
"Lagipula dengan kenaikan daya beli tentunya tidak akan terlalu memberikan dampak," sebutnya.
Sektor lainnya datang dari infrastruktur telekomunikasi yang mana sektor tersebut masih dapat bertumbuh di tengah pandemi.
Selanjutnya juga ada sektor komoditas, khususnya batubara mengingat tren harga yang cukup baik. Hanya saja, ia menyarankan sektor komoditas batubara menjadi diversifikasi.
Senada, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat terkait harga batubara ia menyarankan investor untuk berhati-hati lantaran akan ada saatnya permintaan akan stabil.
"Saat ini memang permintaan sedang hype karena aktivitas ekonomi telah mulai berjalan dan mobilitas dibuka sehingga memberi pengaruh pada harga batubara, tetapi kami melihat batubara tidak akan mengalami kenaikan yang lebih tinggi lagi," sebutnya.
Hal itu lantaran saat ini kondisi global yang mana China telah mulai melakukan lockdown secara parsial. Kemudian, di Amerika Serikat sebanyak 1.100 penerbangan telah dibatalkan dan juga Australia juga telah menunjukkan peningkatan kasus 10.000 per hari.
Selain itu, berkaca saat varian omicron masuk harga minyak dan batu bara juga turun. "Sehingga hal ini menjadi perhatian," lanjutnya.
Oleh sebab itu, Nico lebih menjagokan BBCA, BMRI, SMGR, ICBP, AALI, EMTK, dan TBIG. Adapun pada tahun depan ia memproyeksikan IHSG di level 7.384.
Wawan melanjutkan, untuk sektor komoditas batu bara dia melihat emiten yang akan diuntungkan lebih pada yang berorientasi ekspor memanfaatkan sentimen krisis energi. Karenanya, untuk sektor itu Infovesta menjagokan ITMG dan ADRO.
Dari sisi saham, Wawan bilang untuk sektor keuangan dari BBCA dan BBRI. Kedua emiten tersebut memiliki anak usaha bank digital sehingga selain memanfaatkan perbankan konvensional keduanya juga dapat melebarkan sayapnya ke digital.
Untuk BBRI juga didorong dari right issue yang memecahkan rekor sehingga memiliki dana yang besar untuk ekspansi di tahun depan.
Untuk FMCG, Wawan menjagokan ICBP yang diprediksi akuisisi Pinehill sudah bisa menghasilkan. Kemudian untuk infrastruktur telekomunikasi menjagokan TOWR dan TBIG.
"Mitratel bisa sebetulnya, tetapi sampai sekarang profitabilitas masih kalah dari kedua emiten itu serta baru mendapat dana yang cukup besar dan sepertinya sulit menghabiskannya dalam waktu dekat sehingga butuh waktu yang cukup panjang," jelasnya. (Kontan/Tribunnews.com)