Minggu, 5 Oktober 2025

Cetak Rekor Sepanjang Masa, IHSG Perkasa di 6.726,34, Investor Asing Catat Beli Bersih Rp 970 Miliar

Pada 23 November 202, IHSG sempat bergerak ke level tertinggi sepanjang sejarah (all-time high) ketika menyentuh level 6.723,39.

Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Senin (3/1/2022). Pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia pada 2022 dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. IHSG ditutup naik 1,27 persen atau 83,83 poin menjadi 6.665,31 pada sesi II. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Dengan proyeksi tersebut, tiga sektor utama yang memiliki sektor positif yakni keuangan, FMCG, dan infrastruktur telekomunikasi. Selain ketiga sektor tersebut, dia juga masih menilai positif untuk sektor komoditas seiring harga yang cukup baik.

Untuk keuangan, menurutnya perbankan akan menjadi salah satu emiten yang memiliki prospek baik. "Seiring pemulihan ekonomi tentunya membutuhkan pendanaan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (28/12).

Kemudian untuk FMCG, dengan berjalannya pemulihan ekonomi sehingga ada harapan pemulihan daya beli pula.

Di tengah proyeksi saat ini, Wawan menuturkan memang saat ini harga CPO yang tinggi dapat meningkatkan biaya bahan baku tetapi dia melihat kenaikan harga CPO memang biasa terjadi di akhir tahun.

"Lagipula dengan kenaikan daya beli tentunya tidak akan terlalu memberikan dampak," sebutnya.

Sektor lainnya datang dari infrastruktur telekomunikasi yang mana sektor tersebut masih dapat bertumbuh di tengah pandemi.

Selanjutnya juga ada sektor komoditas, khususnya batubara mengingat tren harga yang cukup baik. Hanya saja, ia menyarankan sektor komoditas batubara menjadi diversifikasi.

Senada, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat terkait harga batubara ia menyarankan investor untuk berhati-hati lantaran akan ada saatnya permintaan akan stabil.

"Saat ini memang permintaan sedang hype karena aktivitas ekonomi telah mulai berjalan dan mobilitas dibuka sehingga memberi pengaruh pada harga batubara, tetapi kami melihat batubara tidak akan mengalami kenaikan yang lebih tinggi lagi," sebutnya.

Hal itu lantaran saat ini kondisi global yang mana China telah mulai melakukan lockdown secara parsial. Kemudian, di Amerika Serikat sebanyak 1.100 penerbangan telah dibatalkan dan juga Australia juga telah menunjukkan peningkatan kasus 10.000 per hari.

Selain itu, berkaca saat varian omicron masuk harga minyak dan batu bara juga turun. "Sehingga hal ini menjadi perhatian," lanjutnya.

Oleh sebab itu, Nico lebih menjagokan BBCA, BMRI, SMGR, ICBP, AALI, EMTK, dan TBIG. Adapun pada tahun depan ia memproyeksikan IHSG di level 7.384.

Wawan melanjutkan, untuk sektor komoditas batu bara dia melihat emiten yang akan diuntungkan lebih pada yang berorientasi ekspor memanfaatkan sentimen krisis energi. Karenanya, untuk sektor itu Infovesta menjagokan ITMG dan ADRO.

Dari sisi saham, Wawan bilang untuk sektor keuangan dari BBCA dan BBRI. Kedua emiten tersebut memiliki anak usaha bank digital sehingga selain memanfaatkan perbankan konvensional keduanya juga dapat melebarkan sayapnya ke digital.

Untuk BBRI juga didorong dari right issue yang memecahkan rekor sehingga memiliki dana yang besar untuk ekspansi di tahun depan.

Halaman
1234
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved