Cerita Atta, Rugi Miliaran karena Pandemi, Kini Bangkit Lewat Bisnis Busana Muslim
Banyak konsumen milenial yang menyukai koleksi busana hasil kreasi Christy Erwinatta ini karena kualitas dan modelnya yang menarik.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak bulan Maret 2020 lalu di tanah air, membuat sektor usaha meredup, bahkan terhenti.
Hal itu juga dirasakan pengusaha muda asal Bekasi, Christy Erwinatta. Pengusaha yang akrab disapa Atta ini mengaku bisnis tekstil yang sudah digelutinya sejak 2009 terpuruk akibat Covid-19.
Perempuan kelahiran Surabaya, 32 tahun lalu itu mengisahkan, di 29 Januari 2020 dia sudah deal kontrak dengan empat perusahaan di Singapura, tiba-tiba saja batal.
"Tinggal satu langkah lagi untuk melakukan kontrak kerja sama yang disepakati bakal diadakan pada awal Maret 2020, tetapi lantaran pandemi sudah mulai menyebar di luar negeri, sejumlah kontrak itu pun dibatalkan secara sepihak," katanya belum lama ini.
Padahal, dia sudah terlanjur menyiapkan bahan baku dan segala keperluan telah dipersiapkan serta hanya menunggu proses administrasi dan pengiriman.
Baca juga: Berawal dari Bisnis Online, Pasangan Entrepreneur Ini Sukses Kembangkan 4 Gerai Kecantikan
“Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Saya dengan tim sudah merencanakan dari A-Z secara matang, apalagi Agustus 2019 sempat mengalami kerugian akibat masalah internal.
Jadi, Maret 2020 memang kami anggap sebagai tonggak untuk bangkit dan mengatasi masalah yang terjadi di tahun sebelumnya.
Baca juga: Dorong Tumbuhnya Entrepreneur Digital Baru Lewat Aplikasi B2B Grosiraja
Tapi apa bisa dikata, ternyata saat rencana sudah tertata rapi, kesepakatan sudah diraih, nominal Rp 7 miliar di depan mata nyatanya pandemi melanda dunia sehingga semua transaksi pun tak bisa dilanjutkan,” ucap Atta.
Atta mengaku menanggung kerugian yang cukup besar. "Bukannya malah menutup kerugian yang terjadi pada tahun 2019, kerugiannya justru bertambah lagi pada awal tahun 2020.
“Sedih rasanya saat itu. Ingin hilang dari muka bumi,” ujarnya.
Baca juga: Pemerintah Tingkatkan Nilai Tambah UMKM dengan Penguatan Kewirausahaan dan Ekosistem yang Lebih Baik
Bukan hanya kegagalan di bisnis tekstil, pandemi pun telah membuat posisinya sebagai direktur di sebuah perusahaan profesional branding harus ditanggalkan.
Usahanya di bidang lain seperti mentor branding, secara otomatis meredup dengan dibatasinya kegiatan di luar rumah juga bepergian ke luar negeri.
Ditambah pula, ia juga harus membayar penalti atas kegiatan yang tidak bisa dilakukan saat itu.
Atta pun mengaku sempat merasa berada di titik nadir, di ambang kebangkrutan, lantaran harus menghadapi supplier, distributor, pegawai, hingga investor.
“Kami tidak pernah diajari cara untuk menghadapi kebangkrutan; kami selama ini hanya belajar kiat-kiat untuk sukses. Jadi, saat itu, saya merasa seperti terpuruk, bingung harus apa dan bagaimana, seolah-olah dunia saya hancur,” sebutnya.
Namun, dengan semangat dan keuletan yang dimilikinya, dirinya terus mencari peluang, sampai akhirnya di saat perekonomiannya merosot, Atta malah memperoleh beasiswa di Harvard University, Massachusetts, Amerika Serikat.
Bukan membayar, ia justru memperoleh uang melalui course yang diikutinya. Tetapi karena perbedaan waktu antara Indonesia dengan Boston, konsekuensi ia hanya punya waktu tidur 2 jam dalam kurun waktu 24 jam.
Kini pengusaha muda memulai memulai lagi bisnisnya di bidang garment dan testil produk busana muslim dan tas dengan merek Sumintje Indonesia.
Bersama Sumintje Indonesia, Atta kembali menulis peruntungannya.
Melalui produk busana muslim dan tas ini, dirinya ingin menunjukkan bahwa Indonesia pun memiliki baju dan tas dengan kualitas yang bagus dan dapat bersaing dengan brand luar yang sudah ada.
“Produk saya ini digarap dengan para UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) dan pengusaha lokal yang sudah berpengalaman di bidangnya. Jadi, kami sama-sama bahu-membahu berusaha untuk mencari rejeki melalui Sumintje Indonesia,” terangnya.
Adapun produk yang saat ini sedang dikerjakan adalah Dilla Bag dan busana untuk persiapan Lebaran, yang diberi nama Maulida Collection. Tidak hanya dijual secara online, Sumintje pun berencana masuk ke retail, seperti Sogo.
“Alhamdulilah, kemarin baru ekspor ke Malaysia melalui Shopee, sementara di Indonesia sendiri, banyak konsumen milenial yang menyukai koleksi dari Sumintje Indonesia ini karena kualitas dan model yang menarik,” paparnya.
Untuk targetnya sendiri, pada Maret 2022 nanti, Sumintje Indonesia sudah beredar di beberapa negara.
“Harapannya, jika Maret 2020 menyisakan air mata dan luka, Maret 2022 dapat membawa berkah, keberuntungan, dan kesuksesan yang luar biasa. Bismillah, Sumintje Indonesia meroket hingga ke penjuru dunia,” tutupnya.