Sabtu, 4 Oktober 2025

Harga Minyak Goreng Membubung, Pemerintah Segera Hentikan Ekspor CPO

komoditi yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan di banding bulan lalu hanya minyak goreng baik minyak goreng curah

Editor: Hendra Gunawan
Tribun Jabar/Handhika Rahman
Pedagang minyak goreng curah di Pasar Baru Indramayu, Jawa Barat. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kenaikan harga minyak goreng di pasar dalam negeri membuat pemerintah segera bertindak.

Sebagai tindak lanjut, pemerintah berencana menghentikan ekspor minyak sawit mentah (CPO) guna meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.

Selain itu juga telah dilakukan koordinasi dengan pelaku usaha minyak goreng, melalui surat Dirjen Perdagangan Dalam Negeri.

Melalui surat tersebut disampaikan agar seluruh produsen minyak goreng untuk tetap menjaga pasokan di dalam negeri dalam rangka stabilisasi harga dan ketersediaan minyak goreng melalui penyediaan minyak goreng kemasan sederhana di pasar ritel dan pasar tradisional yang dijual dengan harga sesuai ketetapan Pemerintah.

Baca juga: Pengusaha Restoran Sebut Harga Minyak Kedelai Ikutan Naik Seperti Minyak Goreng Sawit

Selanjutnya kepada produsen yang memiliki lini industri kelapa sawit terintegrasi dari hulu sampai hilir agar menyediakan CPO dengan harga khusus untuk diproduksi oleh industri minyak goreng dalam negeri menjadi minyak goreng kemasan sederhana.

Disamping itu, diminta juga agar produsen menyediakan minyak goreng kemasan sederhana yang dijual dengan harga sesuai ketetapan pemerintah.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat per 1 November 2021 dua komoditi pangan yaitu minyak goreng dan cabai mengalami kenaikan harga tinggi.

Oke Nurwan mengatakan, komoditi yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan di banding bulan lalu hanya minyak goreng baik minyak goreng curah, kemasan sederhana dan kemasan premium.

Kemudian harga cabai juga naik baik cabai merah keriting dan cabai merah besar.

"Tapi harga barang kebutuhan pokok lainnya relatif stabil." jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (2/11).

Baca juga: Harga Minyak Naik, Beban Masyarakat Jepang akan Meningkat 46.000 Yen di Tahun 2021/2022

Adapun, minyak goreng curah naik 11,27% dibandingkan bulan lalu menjadi Rp 15.800 per liter, minyak goreng kemasan sederhana naik 8,78% menjadi Rp 16.100 per liter, minyak goreng kemasan premium naik 6,71% menjadi Rp 17.500 perliter. Stok minyak goreng saat ini ada diangka 628.600 ton dengan ketahanan 1,49 bulan.

Oke menjelaskan, kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri dipicu oleh kenaikan harga CPO dunia (CPO Dumai) yang masih terus terjadi hingga sempat menembus level tertinggi sepanjang tahun 2021 sebesar Rp.12.082 per liter di minggu ke-4 Oktober.

"Harga CPO pada Minggu ke-4 Oktober 2021 meningkat sebesar 44,03% dibanding Oktober 2020," imbuhnya.

Lebih lanjut, harga minyak goreng berpotensi terus mengalami peningkatan karena pengaruh kenaikan harga CPO internasional, meningkatnya permintaan bahan baku CPO untuk industri biodiesel dalam rangka program B 30 dan turunnya jumlah panen sawit di dalam negeri.

Tindak lanjut lainnya ialah, memonitoring penyediaan pasokan minyak goreng nasional termasuk minyak goreng kemasan sederhana dalam rangka kesiapan pemberlakuan kebijakan minyak goreng sawit wajib kemasan. Juga akan dilakukan koordinasi dengan Ditjen Bea Cukai terkait kemungkinan menaikkan Bea Keluar.

Sedangkan untuk kenaikan harga cabai disebabkan oleh sentra-sentra produksi yang sudah memasuki masa akhir panen sehingga pasokan cabai menjadi berkurang. "Harga diprediksi akan terus mengalami kenaikan," kata Oke.

Cabai merah keriting dibandingkan bulan lalu naik 15,10% menjadi Rp 34.300 per kilogram, cabai merah besar naik 13,31% menjadi Rp 33.200 per kilogram.

Pasokan indikatif cabai dalam pantauan Kemendag seminggu terakhir di 20 pasar induk ialah 417,42 ton per hari atau 8,14% di atas pasokan normal.

Baca juga: Apakah Minyak Esensial Bisa Digunakan sebagai Pengobatan?

Kemudian pasokan cabai di Pasar Induk Kramat Jati dalam seminggu terakhir ialah 108 ton per hari atau 13,6% di bawah pasokan normal 125 ton.

Selain minyak goreng dan cabai, komoditas telur ayam ras juga masih perlu menjadi perhatian. Hal tersebut karena harga telur di tingkat peternak masih berada di level Rp17.750 per kilogram atau masih 6,58% di bawah harga acuan Rp 19.000.

Sedangkan harga telur ayam ras di tingkat eceran berada di level Rp 23.900 per kilogram masih di bawah harga acuan yaitu Rp 24.000 per kilogram.

"Rendahnya harga telur di tingkat peternak disinyalir disebabkan karena terjadi oversupply. Kondisi ini dinilai memberatkan peternak rakyat karena harga input produksi yaitu pakan jagung mengalami kenaikan yang signifikan," imbuhnya.

Melonjak

Harga komoditas minyak goreng di sejumlah wilayah di Indonesia mengalami kenaikan.

Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), Senin (1/11/2021), harga rata-rata minyak goreng curah di Indonesia naik 0,9 persen atau Rp150 menjadi Rp16.750 per kilo gram.

Sementara, harga minyak goreng kemasan bermerek 1 senilai Rp17.750 per kilo gram, dan harga minyak goreng kemasan bermerek 2 menjadi Rp17.300 per kilo gram.

Naiknya harga minyak goreng tersebut disebabkan karena melambungnya harga crude palm oil alias kelapa sawit.

Para pengusaha restoran dan rumah makan yang sehari-harinya menggunakan minyak goreng pun terkena imbasnya.

"Iya pasti ada dampaknya tapi mungkin relatif kecil. Secara umum komponen minyak goreng sekitar 1% terhadap food cost," kata Wakil Ketua Bidang Restoran PHRI, Emil Arifin saat berbincang dengan Tribun, Senin(1/11/2021) malam.

Menurut Emil, dampak terbesar yang dirasakan pengusaha restoran dan rumah makan justru ikut melambungnya harga minyak kedelai atau soybean.

Emil belum mengetahui apa penyebab dari naiknya harga minyak kedelai tersebut, namun kalau harga soybean naik efek dominonya harga minyak goreng kelapa sawit setali tiga uang.

"Kenaikan minyak sawit tidak terlalu berdampak. Tapi yang naik tinggi itu minyak soybean atau minyak kedelai. Kurang tahu kenapa, biasanya memang kalau soybean naik, sawit juga naik," ujar Emil.

Pedagang menjerit

Para pedagang di Pasar Baru Indramayu berharap adanya peran pemerintah menyikapi tingginya harga minyak goreng curah.

Saat ini, harga minyak curah di pasar setempat sudah tembus Rp 19 ribu per liter, setiap harinya harga terus merangkak dari hari ke hari.

"Harapannya sembako bisa murah, biar kami, pedagang tidak diberatkan dengan besaran modal," ujar salah seorang pedagang di Pasar Baru Indramayu, Adang Wahyudi kepada Tribuncirebon.com, Senin (1/11/2021).

Adang Wahyudi mengatakan, saat ini masyarakat tengah terpuruk dari sisi ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Imbasnya, daya beli masyarakat pun terus menurun setelah mengetahui harga minyak goreng curah.

Adang Wahyudi sendiri rata-rata per harinya biasanya menjual minyak goreng curah sebanyak 50-60 liter per hari.

Saat itu harga masih normal berkisar antara Rp 9-12 ribu. Adang Wahyudi menyatakan, di saat harga tinggi seperti sekarang penjualannya merosot tajam.

Dalam sehari bisa menjual 20-30 liter minyak goreng curah saja, kata dia sudah bersyukur. "Ekonomi lagi terpuruk seharusnya pemerintah bisa menstabilkan harga," ucap dia. (Kontan/Tribunnews.com)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved