Sabtu, 4 Oktober 2025

Jelinya Dwi Santoso Lihat Peluang Bisnis Kursi Malas di Masa Pandemi, Segmen WFH Hingga Isoman

Ini sosok Dwi Santoso, usahawan muda dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, jeli melihat peluang bisnis kursi malas atau bean bag di masa pandemi.

Tribunnews.com/ Agung Budi Santoso
Dwi Santoso, usahawan muda dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, yang jeli melihat peluang bisnis kursi malas atau bean bag di masa pandemi Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM, SUKOHARJO -  Inilah sosok Dwi Santoso, usahawan muda dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, yang jeli melihat peluang bisnis kursi malas atau bean bag di masa pandemi Covid-19. Awalnya, Dwi Santoso berpikir, produk apa yang kira-kira banyak dibutuhkan orang ketika bekerja dari rumah? Produk apa yang dibutuhkan pasien ketika menjalani isolasi mandiri?

Dan Dwi Santoso menemukan jawabannya, yakni kursi malas alias bean bag! "Karena orang butuh istirahat, bersantai di rumah, ada juga yang butuh ini untuk WFH, duduk santai tapi sebenarnya bisa sambil pegang laptop, kerja dari rumah," kata Dwi Santoso saat disambangi Tribunnews.com di tempat usahanya, Griya Bean Bag di Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu 3 Oktober 2021. 

Lewat home industry berlabel Griya Bean Bag, Dwi Santoso mengembangkan usahanya, hanya berduet bersama istri. Kursi malas yang dia pasarkan berbanderol dalam kisaran Rp 200 ribuan hingga Rp 1,1 juta. Harga tergantung jenis produk, tipenya, bahan dan ukurannya. 

Dwi Santoso, usahawan muda dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, yang jeli melihat peluang bisnis kursi malas atau bean bag di masa pandemi Covid-19.
Dwi Santoso, usahawan muda dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, yang jeli melihat peluang bisnis kursi malas atau bean bag di masa pandemi Covid-19. (Tribunnews.com/ Agung Budi Santoso)

Kursi malas yang dia produksi ada yang tipe triangle atau segitiga, ada juga model pumkin yang mirip buah labu, juga model avocado atau mirip buah alpukat, dan juga tipe stool yang mirip sofa atau kursi tamu. Bahannya mulai dari katun, kanvas, suede, parasut hingga anti basah atau waterproof. Dari berbagai jenis kursi malas yang dia produksi, terlaris adalah model triangle atau kursi malas segitiga. Mengapa?

"Mungkin karena harganya paling murah dan ringan ditenteng-tenteng serta milenial," kata Dwi ayah dua anak itu. Sebelum pandemi, pasar usahanya hotel, kafe dan restoran. Tapi begitu pandemi, konsumennya lebih fokus ke pasar pribadi atau rumahan.

"Karena orang sekarang lebih banyak di rumah, baik urusan WFH (Work From Home) maupun isoman," ujarnya. Ia memasarkan secara online lewat marketplace di Facebook hingga pemasaran langsung. Konsumennya datang dari sekitar kawasan Solo Raya (Solo, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar) hingga Surabaya dan Jakarta.  "Cita-citanya sih ke pasar ekspor. Ini sedang diurus prosesnya," kata Dwi Santoso, tentang impiannya mengembangkan bean bag alias kursi malas. 

Produk kursi malas atau bean bag dari Dwi Santoso yang sudah merambah kafe-kafe atau resto di Solo Raya, Surabaya hingga Jakarta
Produk kursi malas atau bean bag dari Dwi Santoso yang sudah merambah kafe-kafe atau resto di Solo Raya, Surabaya hingga Jakarta (Instagram Griya Bean Bag)

Dwi Santoso, Griya Bean Bag 

Dusun III, Singopuran, Kec. Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57164

Instagram: @griya_beanbags

HP: 0895806009666 

(*) 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved