Sabtu, 4 Oktober 2025

HUT Kemerdekaan RI

Refleksi HUT Kemerdekaan, Menperin: Adaptasi Kunci Industri Berdaya Saing dan Maju

Daya saing dan kemajuan industri manufaktur sangat tergantung pada kemampuan industri dalam merespon dinamika dan tren global.

Editor: Choirul Arifin
ist
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-76, Menteri Perindustrian merefleksikan perjalanan industri dalam negeri.

Selama 76 tahun Indonesia Merdeka, daya saing dan kemajuan industri manufaktur sangat tergantung pada kemampuan industri dalam merespon dan beradaptasi dengan dinamika dan tren global.

"Dewasa ini ada beberapa tren dunia, yaitu perubahan teknologi, tuntutan pembangunan industri hijau, dan peningkatan pasar di sektor industri halal. Tren perubahan teknologi saat ini dan ke depan akan didominasi oleh teknologi informasi dan komunikasi, internet of things, wearable devices, otomatisasi dan robotik, serta artificial intelligence," tutur Menperin, Selasa (17/8/2021).

Tren perubahan tersebut membuat Pemerintah mengintensifkan implementasi kebijakan Making Indonesia 4.0 sebagai inisiatif untuk percepatan pembangunan industri memasuki era industri 4.0.

Penerapan Industri 4.0 akan mendorong revitalisasi sektor manufaktur agar lebih efisien dan menghasilkan produk berkualitas.

Baca juga: Refleksi Pembangunan Sektor Manufaktur Indonesia Setelah 76 Tahun Merdeka Versi Menperin

Implementasi Industri 4.0 di Indonesia juga diharapkan akan menarik investasi di bidang industri, karena industri di Indonesia akan lebih produktif dan berdaya saing tinggi dengan peningkatan kemampuan tenaga kerja Indonesia dalam mengadopsi teknologi.

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani: PPKM Bikin Kinerja Manufaktur Alami Kontraksi di Juli 2021

"Kesuksesan implementasi Making Indonesia 4.0 akan mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 2 persen per-tahun, meningkatkan kontribusi industri manufaktur dalam PDB sebesar 25 persen pada tahun 2030 dan meningkatkan jumlah lapangan kerja dari 20 juta ke 30 juta lapangan kerja pada tahun 2030," jelas Agus.

Baca juga: Indonesia Bisa Tiru Korea dan Eropa untuk Jadi Negara Maju, Kembangkan Sektor Manufaktur Dulu

Tujuh sektor industri menjadi fokus utama penerapan program ini yakni makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi dan alat kesehatan.

Ketujuh sektor tersebut ditargetkan memberikan kontribusi terhadap total PDB manufaktur sebesar 70 persen, ekspor manufaktur sebesar 65 persen, dan penyerapan pekerja industri sebesar 60 persen.

Di samping tren perubahan teknologi, tren dunia lain yang harus diadaptasi oleh industri manufaktur dalam rangka peningkatan daya saing global adalah tuntutan pembangunan industri yang berwawasan lingkungan atau industri hijau (green industry) sebagai bagian dari Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs).

Tujuan dari pengembangan industri hijau adalah penurunan emisi gas rumah kaca, efisiensi energi dan air, penerapan ekonomi sirkular, efisiensi material, penurunan pencemaran lingkungan dan peningkatan serapan tenaga kerja.

Pemerintah telah menetapkan tujuh aspek standar industri hijau, yaitu bahan baku, energi, air, emisi gas rumah kaca, proses produksi, produk, pengelolaan limbah dan manajemen pengusahaan.

"Dari perspektif lingkungan, penerapan industri hijau pada tahun 2019 berhasil menurunkan 39,22 juta ton CO2equivalen, penghematan energi senilai Rp 3,5 triliun dan penghematan air setara Rp 230 miliar. Hingga saat ini, 895 perusahaan industri telah mendapatkan penghargaan atas upayanya dalam membangun industri hijau," ungkap Menperin.

Tren global lain yang tak boleh dilewatkan oleh industri manufaktur adalah peningkatan peluang pasar dan investasi di sektor industri halal.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved