Bikin Rugi, Garuda Kembalikan Pesawat Bombardier CRJ1000, Ini Spesifikasinya
Erick Thohir, meminta Garuda Indonesia untuk memulangkan lebih cepat 12 pesawat jenis Bombardier CRJ1000 kepada pihak leasing.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bambang Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, meminta Garuda Indonesia untuk memulangkan lebih cepat 12 pesawat jenis Bombardier CRJ1000 kepada pihak leasing.
Padahal, perjanjian kontrak sewa pesawat itu baru akan berakhir di 2027.
Alasannya, selama 8 tahun operasional, perseroan mengalami kerugian rata-rata 30 juta dollar AS per tahun akibat penggunaan pesawat jenis tersebut.
Baca juga: Joe Biden Umumkan Sanksi Baru AS Terhadap Para Jenderal Myanmar yang Lakukan Kudeta
Ia membeberkan, sewa pesawat sendiri hanya sekitar 27 juta dollar AS.
Lalu bagaimana spesifikasi Bombardier CRJ1000?
Bombardier CRJ1000 merupakan pesawat buatan pabrikan asal perusahaan Kanada.
Dilansir dari modernairlines, pesawat yang pertama kali diterbangkan pada 28 Juli 2009 ini memliki panjang 39,1 meter dan tinggi ekor pesawat 7,47 meter.
Baca juga: Menteri Erick Keluhkan Biaya Sewa Pesawat Garuda Mahal
CRJ1000 memiliki spesifikasi berat lepas landas maksimum (Maximum takeoff weight/MTOW) 41.640 kilogram, serta mampu memuat penumpang maksimum 11.966 kilogram.
Pesawat ini memiliki kabin yang luas dan nyaman. Hal ini sangat bagus, karena CRJ1000 digunakan untuk penerbangan internasional, dan memiliki ruang ekstra yang memastikan para penumpang tetap nyaman saat terbang.
Kabin utama CRJ1000 memiliki panjang 27,6 meter. Antara 100 dan 104 penumpang dapat menikmati kenyamanan naik pesawat dengan pengaturan tempat duduk empat sudut.
Di dalam kabin, pencahayaan disediakan oleh Hella Aerospace GmbH. Sistem manajemen Liebherr yang kuat mengontrol AC di kabin.
Selanjutnya, CRJ1000 dilengkapi mesin GE CF34-8C5A1 yang memiliki dorangan mesin 64.5 knot, sehingga memberikan kecepatan yang maksimal mencapai 871 kilometer/jam.
Di kelasnya, CRJ1000 juga memiliki pesaing utama, yakni Embraer E-190. Pesawat ini dapat dengan mudah membawa antara 66 dan 124 penumpang. Tetapi CRJ1000 diperkirakan memiliki keuntungan per kursi yang lebih baik daripada kompetitornya.
Bikin Rugi
Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) mengklaim mengalami kerugian imbas dari pengoperasian pesawat Bombardier CRJ1000.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, alasan kerugian tersebut yang membuat pihaknya mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ1000 ke perusahaan leasing.
Menurutnya, selama 8 tahun operasional, perseroan mengalami kerugian rata-rata 30 juta dollar AS per tahun akibat penggunaan pesawat jenis tersebut.
Baca juga: Menteri Erick Pastikan Garuda Akhiri Kontrak Pembelian Pesawat Bombardier CRJ-1000
Ia membeberkan, sewa pesawat sendiri hanya sekitar 27 juta dollar AS.
"Setelah digunakan beberapa tahun, sepertinya tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada di pasar Indonesia. Kami mengalami kerugian dengan menggunakan pesawat ini," ujar Irfan dalam video conference, Rabu (10/2/2021).
Irfan kembali melanjutkan, pemutusan kontrak sepihak ini dilakukan Garuda Indonesia sejak 1 Februari 2021 kepada pihak leasing Nordic Aviation Capital (NAC).
Baca juga: KPK Pegang Banyak Data untuk Bantu Lembaga Antirasuah Inggris Usut Suap Pesawat Bombardier-Garuda
Sebagai informasi, saat ini 12 pesawat tersebut masih berada di Bandara Soekarno-Hatta dan tidak beroperasi untuk penerbanhan komersil.
"Selama 8 tahun operasi, kinerja operasional penggunaan pesawat ini tidak menghasilkan keuntungan tetapi menciptakan rugi yang cukup besar buat Garuda," ucap Irfan.
"Ke depan kami perkirakan kerugian akan muncul dengan menggunakn pesawat ini," katanya.
Garuda Akhiri Kontrak Pembelian Pesawat Bombardier CRJ-1000
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan maskapai Garuda Indonesia mengakhiri kontrak pembelian pesawat Bombardier CRJ1000 yang dilakukan oleh Garuda Indonesia terhadap dua perusahaan leasing.
Adanya keputusan Menteri Erick merupakan langkah dan upaya maskapai dalam melakukan efisiensi.
Menurut Erick Thohir, Garuda Indonesia salah satu maskapai yang biaya leasing-nya paling tinggi di dunia yakni sebesar 27 persen.
Dimana diketahui, terdapat dua leasing yang berkontrak dengan Garuda Indonesia terkait pembelian pesawat tersebut. Yakni Nordic Aviation Capital (NAC) dengan 12 pesawat, dan Eksport Develpoment Canada (EDC) dengan 6 pesawat.
"Saya dan manajemen dengan tegas mendukung untuk memutuskan mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ1000 untuk mengakhiri kontrak kepada NAC yang memang jatuh temponya tahun 2027," jelas Erick Thohir dalam video conference, Rabu (10/2/2021).
Erick melanjutkan, sampai dengan saat ini masih belum mendapatkan respon, sementara proses dengan EDC masih terus berlangsung.
Pemutusan kontrak ini juga mempertimbangkan tata kelola Garuda Indonesia agar menjadi transparan dan profesional.
Selain itu, pemutusan kontrak ini juga mempertimbangkan kasus suap terkait pembelian pesawat Bombardier CRJ1000.
"Kami Kementerian BUMN melihat berdasarkan keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan juga penyelidikan Serious Fraud Office dari Inggris terhadap indikasi pidana suap dari pihak pabrikan kepada oknum pimpinan Garuda saat proses pengadaan pesawat tahun 2011," kata Erick Thohir.