Sabtu, 4 Oktober 2025

Pemerintah Perlu Perbaiki Penanganan Data Kebutuhan dan Produksi Pangan

negara produsen pangan tak mau ekspor, mementingkan kepentingan nasional seperti yang dilakukan Vietnam dan India

Tribunnews/Gani Kurniawan
Sejumlah buruh tani melakukan panen padi di sebelah area persawahan yang sedang dibangun proyek perumahan di Kampung Paniisan, Desa Rancamulya, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (31/1/2020). Lahan persawahan yang luas di kawasan tersebut perlahan terus menyusut, diperkirakan sudah sekitar 30 persen berubah menjadi proyek perumahan dan kavling. Lahan tersebut diperkirakan berpotensi habis dalam beberapa tahun ke depan karena kebutuhan akan rumah yang semakin banyak akibat bertambahnya penduduk. Tribun Jabar/Gani Kurniawan 

"Kita tidak melihat cadangan data yang ada di masyarakat, di pabrik, karena cadangan di Bulog 20 persen saja dari total produksi di luar, kita perlu data ini perkuat," imbuhnya.

Edukasi ke Petani

Guntur menambahkan, petani juga perlu diedukasi agar tidak menjual seluruh panenan gabahnya ke tengkulak agar punya cadangan pangan.

"Ketika petani panen jangan jual seluruh gabah, separuh jual dan simpan, kalau petani punya cadangan maka akan lebih kuat dan tahan cadangan pangan. Ini kearifan lokal memperkuat ketahanan pangan," imbuhnya. 

Heru Hendratmoko, President Commissioner PT Media Lintas Inti Nusantara mengatakan, sektor pangan seharusnya menjadi sektor yang istimewa untuk menopang ekonomi nasional.

"Kita masih ingat, kepanikan pemerintah di awal Covid-19 adalah kekurangan pangan, karena setiap tahun kita mengimpor pangan berupa beras 1,5 sampai 2 juta ton," ujar Heru.

Penurunan Area Tanam

Heru juga menyoroti penurunan signifikan area tanam di tengah kenaikan populasi penduduk dan konsumsi pangan.

"Satu juta hektar hilang karena pembangunan perumahan dan lain-lain. Kerusakan kerusakan lahan pangan di daerah selama ini minim penanganan oleh Pemda. Jalur distribusi juga masih panjang, ada faktor geografis, dari petani ke pengepul, tengkulak," ungkap Heru.

Dia juga menilai ada tumpang tindih oleh BUMN pangan.

"Banyak BUMN bersaing untuk komoditas sama, meskipun ada mandatori, lebih banyak pada saat sama membukukan keuntungan tiap tahun jadi mirip swasta. Gula diserbu banyak BUMN begitu juga beras Bulog," beber Heru.

Dia menegaskan, ketahanan pangan nasional tak cuma beras. Selama ini ada tren pengurangan produk pangan berbahan karbohidrat di kawasan perkotaan, tapi hal itu tidak menghilangkan konsumsi masyarakat terhadap beras.

Heru menyarankan agar setiap daerah mengembangkan produk unggulannya agar tercipta ketahanan pangan nasional dengan produk pangan yang beragam. 

"Pemerintah sudah punya data, pusat daerah berjalan seiring, masing masing produk unggulan, kembangkan di situ, tidak usah kembangkan yang lain. Jika ini bisa dikerjakan sungguh akan bisa mendukung ketahanan pangan nasional," bebernya.

Dia menegaskan, memacu kemandirian pangan harus dengan memprioritaskan apa yang penting dan yang mendapat dukungan penuh dari berbagai sistem, baik dari sisi perdagangannya dan lain-lain.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved