Sabtu, 4 Oktober 2025

Jasindo Siapkan Strategi 2021: Rekrut Pekerja yang Paham Digital Hingga Fokus ke UMKM

Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) mengaku sudah siap menghadapi pertumbuhan bisnis tahun depan.

Editor: Sanusi
Willy Widianto
Media Gathering Jasindo di Anyer, Banten, Kamis (10/12/2020). 

Hal ini terjadi pada semua pelaku ekonomi, baik household (rumah tangga), perusahaan/bisnis maupun pemerintah.

“Perubahan ini tentu membawa peluang sekaligus ancaman bagi dunia usaha. Artinya sepanjang kita jeli membaca situasi dan cepat dalam beradaptasi dengan tatanan baru ini, tentu akan semakin banyak peluang yang bisa kita tangkap, bahkan lebih banyak dari sebelum pandemi. Sekaligus, meminimalisir dampak negatif dari ancaman-ancaman tersebut,” katanya.

Diwe mengaku, pihaknya melakukan perubahan yang cukup drastis terhadap strategi perusahaan di saat pandemic atau tahun 2020. Dari yang semula lebih pada growth strategy menjadi defensive strategy.

“Yang penting kita lindungi dulu akun-akun perpanjangan. Kemudian, fokus pada COB-COB yang tetap tumbuh dengan margin yang baik, di antaranya: Marine Hull, Property, Suretyship,” katanya.

Asuransi Jasindo pun mengetatkan kebijakan underwriting menjadi lebih prudent serta memastikan cashflow sehat dengan pengelolaan piutang yang lebih ketat.

Di balik pandemi itu, tahun 2020 juga menjadi tahun bersejarah bagi Asuransi Jasindo karena berdirinya Holding Indonesia Financial Group (IFG) dengan induk holding PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia.

"Disitu ada Asuransi Jasindo, Askrindo, Jamkrindo dan Bahana Group. Di awal pembentukan, memang sinergi antar-anggota holding akan diperkuat dan itu kita mulai terjemahkan bentuk-bentuk kerjasamanya untuk mengisi bisnis,” ujarnya.

Bagian dari defensive strategy selanjutnya adalah meluncurkan program Cost Leadership yang prinsipnya fokus pada efisiensi biaya dan restrukturisasi bisnis yang paling terdampak Covid-19.

Strategi ketiga adalah conservative investment dengan fokus pada investasi yang likuid dan instrumen yang berisiko rendah.

Penempatan investasi pada instrumen yang likuid dan aman dengan mengurangi porsi pada instrumen yang bersifat risiko tinggi seperti saham dan reksadana saham/campuran dan beralih pada instrumen dengan risiko yang lebih rendah seperti deposito, obligasi dan reksadana pendapatan tetap.

“Di samping itu, kami juga memilih instrumen dengan maturity profile pendek dan likuid. Ini strategi sebagai upaya mengamankan posisi 2020 dulu. Tentu ada strategi pendukung yang utamanya bersifat adaptif,” ujarnya. (Willy Widianto)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved