Selasa, 7 Oktober 2025

Virus Corona

Bisnis Wahana Taman Wisata Babak Belur Dihantam Pandemi Covid-19

Gaji yang belum dibayar hingga gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) membayangi industri pariwisata.

Editor: Choirul Arifin
Tribunnews/Jeprima
Pengunjung menyaksikan pertunjukan lumba-lumba di Taman Safari Indonesia, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (22/8/2020). Tribunnews/Jeprima 

Sepinya jumlah pengunjung berdampak terhadap pemasukan atau kinerja keuangan, serta penempatan karyawan.

Titik menjelaskan, Jatim Park memiliki sejumlah wahana satwa, yang mau tidak mau tetap membutuhkan biaya operasional yang tinggi karena harus ada pemeliharaan, kebersihan lingkungan dan juga pelatihan. 

"Kebun binatang kan butuh pakan terus, meski nggak ada pengunjung, nggak ada income. (Meski wahana dibuka), tetap nggak menutup (biaya operasional)," imbuh Titik.

Dari segi jumlah karyawan, dia tak menampik adanya penyesuaian. Sebab, jumlah pengunjung akan menentukan seberapa banyak karyawan yang diperlukan.

Sebagai contoh, di masa normal, Jatim Park membutuhkan hingga enam kasir, tapi saat ini hanya dua kasir saja. 

"(Petugas) di pintu masuk sekarang cuma dua orang, dulu 6-8 orang. Jadi karyawan saat ini setiap hari dipekerjakan sesuai kebutuhan. Kita benar-benar efektif dan efisien," sebut Titik.

Situasi itu juga menjadi gambaran ambruknya bisnis wahana taman wisata dan hiburan di seluruh Indonesia.

Bahkan kata Agung, di tengah sepinya pengunjung, pelaku usaha lebih memilih tutup ketimbang membuka usahanya.

Alhasil, keuangan perusahaan rontok parah. Secara umum, Agung menaksir kemampuan keuangan perusahaan pariwisata hanya mampu bertahan hingga bulan Agustus lalu.

"Sangat berdampak, kekuatan keuangan pengusaha hanya sampai Agustus. Situasi seperti ini pengusaha lebih baik tutup dibandingkan buka," sebut Agung saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/9/2020).

Kondisi ini diproyeksi bakal terus bertahan, dan bisa bertambah parah sebelum ditemukannya vaksin dan pandemi covid-19 bisa teratasi.

Dalam kurun waktu itu, Agung menyebut bahwa bantuan dari pemerintah akan sangat membantu pelaku usaha dalam mengurangi bebannya. 

"Sebelum ada vaksin yang pasti, dan dana pinjaman dari pemerintah, akan sulit buat pengusaha untuk bangkit," sambungnya.

Dalam sebulan, karyawan tetap di Jatim Park kini hanya bekerja maksimal 15 hari. Akibatnya, efisiensi karyawan menjadi kebijakan yang dipilih perusahaan. "Tentu kami ada evaluasi mengenai karyawan. Karyawan yang kontraknya habis saat kami tutup, kami selesaikan. Selain itu kami juga menawarkan pensiun dini, dan mempekerjakan karyawan sesuai kebutuhan park dengan sistem casual atau harian," kata Titik.

Terpisah, Direktur Program Indef Esther Sri Astuti berpandangan bahwa suramnya sektor pariwisata akan terus berlanjut hingga vaksin ditemukan.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved