Kamis, 2 Oktober 2025

Nasehat Investasi: Jangan Pilih Emas Jika untuk Tujuan Jangka Pendek, Volatile-nya Tinggi

Harga emas menunjukkan tren terus naik, tidak hanya di pasar global tapi juga harga emas batangan di tingkat lokal

WARTA KOTA/Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Pedagang logam mulia menunjukan emas batangan Antam di Cikino Gold Center, Jakarta Pusat, Selasa (28/7/2020). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga emas menunjukkan tren terus naik, tidak hanya di pasar global tapi juga harga emas batangan di tingkat lokal, seperti emas batangan produksi Aneka Tambang.

Harga per gram emas batangan produksi Antam kini sudah di atas Rp 1 juta per gramnya. Pada perdagangan Rabu 2 September 2020, harganya sempat turun di posisi Rp 1.024.000 per gram.

Meski tren harganya cenderung terus naik, emas ternyata tidak tepat untuk pilihan instrumen investasi untuk tujuan jangka pendek.

Baca: Harga Emas Antam Rabu 2 September 2020, Turun Jadi Rp 1.024.000 per Gram, Berikut Rinciannya

"Investasi emas tidak boleh banyak-banyak, maksimal 20 persen dari total portofolio investasi kita.
Emas juga tidak bisa untuk investasi short term karena volatile-nya tinggi. Emas benar-benar jauh lebih tinggi volatilitasnya dibandingkan saham," ujar Muhammad Hanif, Co Founder Tanamduit, di acara diskusi online Market Outlook Tanamduit dengan media yang diikuti Tribunnews bertajuk 'Wallstreet Hampir ke Rekor Tertinggi, Bagaimana dengan Kita?' di Jakarta, Selasa (1/9/2020).

"Saya tidak rekomendasikan emas digunakan untuk dana darurat. Sangat tidak disarankan menjadikan emas untuk investasi dana darurat. Ini karena investasi emas itu lebih tepat untuk jangka panjang," ungkap Hanif.

Baca: Turun Lagi, Berikut Rincian Harga Emas Antam Hari Ini

Ekonom senior Ferry Latulihin di kesempatan sama mengatakan, harga emas perkembangannya akan selalu mengikuti laju inflasi global. Karenanya, harga emas tidak pernah turun.

"Filosofi investasi emas adalah you have to love it, so you must hold it," tegasnya.

Ferry mengingatkan, jika berinvestasi di emas harus dipahami bahwa membeli emas sama saja kita membeli dua harga. "Harga emas sendiri dan harga dolar AS karena perkembangan harga emas mengikuti kurs dolar AS," kata dia.

"Sepanjang The Fed menyatakan tetap pertahankan suku bunga, harga emas tidak akan jatuh.
Jika ada indikasi dolar AS akan melemah terhadap rupiah, Anda merugi. Tapi jika kurs dolar naik terhadap rupiah, anda dobel untung," ujarnya.

Reksadana Pasar Uang

Hanif menambahkan, berinvestasi di reksadana pasar uang lebih cocok untuk investasi jangka pendek misalnya untuk 1-2 tahun.

Lalu untuk yang berorientasi berjangka menengah, ada reksadana obligasi pendapatan yang bisa dipilih dengan janga investasi 2 sampai 4 tahun.

"Kalau investasi di reksadana saham, 80 persen investasi di saham," bebernya.

Soal alokasi investasi, Hanif mengatakan, untuk konteks Indonesia, yang risiko negaranya relatif netral, sebaiknya 50 persen di saham 30 obligasi 20 persen di emas.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved