Jumat, 3 Oktober 2025

Emas Diklaim Jadi Instrumen Investasi Paling Aman untuk Jangka Pendek, Apa Alasannya?

Emas kini menjadi salah satu instrumen safe heaven yang paling banyak diminati investor.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Emas batangan atau logam mulia diperdagangkan di Butik Emas, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Rabu (8/1/2020). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guncangan ekonomi yang terjadi akibat wabah tersebut, membuat investor harus memilih instrumen yang aman untuk penempatan dananya demi mengurangi risiko yang lebih besar.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati mengatakan, saat ini emas menjadi pilihan saat ini di tengah wabah Coronavirus.

Baca: Update Harga Emas Antam Kamis, 27 Agustus 2020, per Gram Capai Rp 1.019.000, Berikut Rinciannya

“Kalau orientasinya jangka pendek mengamankan aset makanya memang emas menjadi pilihan yang relatif yang paling aman," katanya saat diskusi betema Membidik Instrumen Investasi yang Cocok di Era New Normal, di Jakarta, Rabu (26/8/2020).

Jika melihat sejarahnya, kata dia, sebelum terjadi pandemi saja, nilai emas nilainya stabil. Itu artinya nilai  emas tidak banyak tergerus.

Baca: Solid Gold Berjangka Prediksi Sampai Akhir Tahun, Investasi Emas Tetap Jadi Primadona

Jika melihat ke belakang, saat krisis tahun 1997 – 1998, investor lebih banyak berburu dolar karena dianggap paling aman.

Namun kondisi saat ini berbeda. Justru emas kini menjadi salah satu instrument safe heaven yang paling banyak diminati investor.

Enny menegaskan bahwa saat pandemic global saat ini ekonomi Amerika juga sedang terkontraksi sangat dalam sehingga dolar tidak lagi menjadi lirikan para investor.

Vice President Kantor Wilayah (Kanwil) VIII Jakarta 1 PT Pegadaian (Persero), Rudy Kurniawan, membenarkan bahwa investasi emas menjadi pilihan yang tepat di saat kondisi pandemi.

Pasalnya tren harga emas terus mengalami kenaikan.

Pada tahun 2019 harga emas dalam satuan rupiah tumbuh 14,5 persen dari Rp. 625.000 menjadi Rp. 716.000 per gram.

"Kemudian pada semester I 2020, harga emas meningkat 16 persen dari Rp. 717.000 menjadi Rp. 832.000 per gram," katanya.

Rudy menambahkan keuntungan dari investasi emas lainnya yaitu liquid atau mudah dicairkan dalam bentuk uang serta lebih tahan terhadap inflasi.

Sebagai komoditas unggulan, harga emas dipengaruhi oleh faktor suplai dan demand. Dengan permintaan yang relatif terus bertumbuh serta produksi yang semakin langka dan mahal, maka emas terus berpotensi terjadi peningkatan harga.

Ditegaskan Rudy bahwa untuk beralih untuk investasi emas, masyarakat tidak perlu menunggu saat memiliki uang lebih.

Dengan berbagai kemudahan dan murahnya pemesanan emas khususnya yang melalui Galeri 24 yang merupakan anak usaha dari PT Pegadaian (Persero), masyarakat bisa memiliki tabungan emas dengan nominal pembelian yang kecil. Bahkan Pegadaian juga menawarkan layanan pembelian emas masa depan dengan harga saat ini.

Bahkan saat ini Pegadaian telah meluncurkan aplikasi Pegadaian Digital Sistem (PDS) yang memudahkan nasabahnya bertransaksi emas. Melalui aplikasi ini bisa dilakukan top up, penjualan hingga transaksi lainnya.

“Strategi investasi emas ketika punya uang harus segera dibelikan, atau dengan beli emas dengan cara dicicil. Layanan ini udah ada di Pegadaian, jadi konsepnya adalah dengan strategi gradual buying,” tuturnya.

Lukman Hqeem, analisa Pasar dari Esandar Arthamas Berjangka melihat tren investasi emas ini akan berlanjut dan menjanjikan di tahun-tahun yang akan datang.

Ada sejumlah fundamental menurutnya yang akan menjadi pijakan harga emas naik lebih lanjut.

Masalah Covid-19 menjadi alasan besar harga emas naik dalam jangka pendek hingga panjang. Hingga ditemukannya vaksin virus ini, harga emas memiliki alasan untuk terus naik.

Perang dagang antara China dan AS turut andil mendorong kenaikan harga emas.

Tidak heran bila sejumlah pihak meyakini harga emas masih bisa mencapai $ 2.300 pertroy ons di akhir tahun ini bahkan mencapai harga $3.000 di tahun depan.

"Perang dagang menumpulkan harapan pemulihan ekonomi global yang teredam sejak krisis keuangan AS di tahun 2009," kata Lukman Hqeem.

Wealth Advisory Head Bank OCBC NISP, Stephanie M Kristanto mengatakan di tengah situasi ekonomi yang sulit ini diperlukan perencanaan keuangan yang matang sehingga nantinya segala kebutuhan hidup bisa tercukupi.

Dia menyarankan kepada publik agar mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk kebutuhan jangka pendek atau jangka panjang.

Setidaknya, menurut Stephanie Kristianto adalah mengalokasi pos belanja 30 persen dari pendapatan perlu dialokasikan untuk dana darurat.

Kemudian 20 persen untuk amal, 20 persen untuk investasi dan sisanya untuk kebutuhan dan juga pembayaran cicilan.

Bahkan dengan alokasi sebesar Rp. 20.000 sekalipun namun dilakukan dengan konsistensi dan komitmen yang kuat, akan memberikan manfaat yang begitu besar di kemudian hari.

Tak heran bila Bank OCBC NISP meluncurkan program #Save20, yaitu sebuah layanan menabung atau investasi sebesar Rp20.000 per hari.

Gerakan ini akan sangat tepat dilakukan oleh kaum milenial yang memiliki pendapatan tetap dalam setiap bulannya sehingga di masa depan ada dana yang bisa dimanfaatkan lebih lanjut.

“Bagi kita kalau mengeluarkan uang Rp20.000 di awal bulan itu enteng, tapi jika dikeluarkan di akhir bulan itu kaya sayang. Rp20.000 itu bisa jadi penyelamat kita untuk bertahan hidup bagi sebagian orang,” ujar Stephanie.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved