Virus Corona
Dirut Irfan Setiaputra: yang Bisa Membantu Garuda Secepatnya Recover adalah Penumpang
Kekuatan pertolongan penumpang mengalahkan bantuan pinjaman Rp 8,5 triliun yang diberikan pemerintah kepada Garuda.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Manajemen Garuda Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan keberlanjutan bisnis mereka selama masa pandemi virus corona.
Di bawah komando Irfan Setiaputra yang dipilih menjadi Direktur Utama lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Januari 2020 silam, segala upaya telah dilakukan.
Mulai dari pemotongan gaji, memberikan penawaran pensiun dini kepada karyawan, hingga pemutusan kontrak kerja terhadap para pilotnya.
Namun demikian berbagai upaya itu tampaknya belum begitu membuahkan hasil.
Kini, satu-satunya cara menyelamatkan maskapai pelat merah itu dari tekanan keuangan akibat pandemi Covid-19 hanyalah penumpang.
Bahkan menurut Irfan Setiaputra, kekuatan pertolongan penumpang itu mengalahkan bantuan pinjaman Rp 8,5 triliun yang diberikan pemerintah kepada Garuda.
"Yang bisa membantu Garuda secepatnya recover itu penumpang," kata Irfan dalam sebuah diskusi virtual, Jumat (24/7/2020).
Pemerintah sebelumnya memang memberikan bantuan dana talangan dengan skema mandatory convertible bond kepada Garuda senilai Rp 8,5 triliun.
Bantuan bertenor tiga tahun itu diberikan guna membangkitkan kembali maskapai nasional itu dari keterpurukan ekonomi akibat virus corona.
Baca: Pemulihan Sektor Pariwisata, Garuda Indonesia Minta Prasarana Transportasi Kembali Diaktifkan
Namun menurut Irfan, bantuan talangan dari pemerintah itu tidak bisa sepenuhnya membantu perusahaan dalam jangka panjang.
"Dana itu cuma sementara. Yang akan memastikan Garuda recovery itu penumpang, itu yang selalu kami kampanyekan," katanya.
Karena itulah Irfan mengajak masyarakat untuk terbang bersama Garuda Indonesia.
Alumni Institut Teknologi Bandung itu memastikan Garuda telah membuat sejumlah kebijakan supaya penumpang merasa aman dan nyaman.
Misalnya, perseroan mengkampanyekan bahwa sirkulasi udara di dalam pesawat lebih aman dibandingkan dengan di rumah atau di perkantoran.
Baca: Beli Tiket Pesawat Garuda Indonesia, Kini Bisa Dua Kali Ubah Jadwal Penerbangan
Kondisi ini terjadi lantaran maskapai memiliki teknologi HEPA atau high efficiency particulate air yang dapat menyaring partikel virus sampai 99 persen dan menciptakan udara bersih.
Garuda juga berkukuh mengosongkan tempat duduk tengah untuk konfigurasi bangku tiga-tiga di kelas ekonomi. Sedangkan untuk kelas bisnis diatur dua tempat duduk hanya ditempati satu orang.
"Garuda ngotot sekali memastikan tempat duduk tengah di kelas ekonomi kosong karena kami enggak mau persepsi publik soal perjalanan ini bermasalah. Konfigurasi tengah kosong, kelas bisnis yang kursi dua-dua itu sendiri, kecuali ada permintaan khusus bawa keluarga dengan anaknya tidak ingin dipisahkan tapi ada kesepakatan yang harus disepakati agar membuat orang lain aman," katanya.
Irfan menyatakan situasi pandemi sangat menantang. Pada Mei lalu, okupansi penumpang yang dicatat perseroannya tinggal 10 persen.
Situasi ini mengakibatkan emiten berkode GIAA itu harus melakukan sejumlah efisiensi seperti percepatan masa kerja karyawan kontrak, pemotongan gaji pegawai sampai direksi dan komisaris, serta penawaran pensiun dini.

"Saat ini sudah lebih dari 400 orang yang mengambil pensiun dini," ucapnya.
Di sisi lain Irfan mengatakan angkutan udara kini kalah bersaing dengan angkutan darat karena masyarakat tidak perlu mengantongi hasil tes cepat corona.
Itu berbeda dengan naik pesawat. Hasil tes bebas corona merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi supaya bisa naik pesawat.
"Kondisi rapid test ini kita kalah bersiang dengan jalan darat. Kalau darat, naik mobil langsung saja pulang ke Solo dan langsung masuk ke rumah," katanya.
Sebagai langkah untuk mempertahankan bisnis, Garuda juga menggencarkan angkutan kargo.
Dalam waktu dekat, Garuda akan merilis layanan angkutan pengiriman kilat yang bisa mengantar makanan dari kota ke kota selama setengah hari.

Perseroan juga menerbangkan lebih dari sepuluh pesawat barang setiap hari.
"Kami pun kedatangan pesawat freighter dua unit," tuturnya.
Irfan mengatakan saat ini orang-orang yang melakukan penerbangan adalah mereka dengan kebutuhan dinas atau bisnis.
Sementara itu mereka yang ingin terbang masih menunda.
"Mereka yang mau ini yang banyak, kepingin sekali terbang. Mereka yang ingin berwisata, bersosialisasi, bersilaturahmi, ini yang kita dorong dengan terbang bersama Garuda aman dan nyaman," katanya.(tribun network/har/dod)